DiksiNasi, Ciamis – Sebelum sidik jari menjadi standar utama identifikasi kriminal, dunia mengandalkan metode Bertillon, sistem antropometri yang dikembangkan oleh Alphonse Bertillon, kepala identifikasi kriminal di kepolisian Paris.
Teknik ini mengidentifikasi individu dengan mengukur fisik, seperti panjang kepala, jari, kaki, lengan, tinggi badan, serta bentuk telinga dan warna mata.
Selain pengukuran, metode ini juga melibatkan fotografi dan deskripsi fisik untuk mencatat data unik tentang tersangka.
Dengan sistem ini, petugas berharap tidak ada dua orang yang memiliki ukuran identik.
Metode Bertillon tersebar luas antara tahun 1882 hingga 1905, sebelum akhirnya tergeser oleh sistem sidik jari.
Namun, metode ini memiliki kelemahan fatal. Standar pengukurannya tidak seragam dan rentan terhadap kesalahan pencatatan.
Kasus Will dan William West membuktikan kegagalan sistem Bertillon.
Kasus Will dan William West: Bukti Kegagalan Metode Bertillon
Pada 1 Mei 1903, seorang pria bernama Will West tiba di Penjara Leavenworth, Amerika Serikat.
Seperti prosedur biasa, petugas mencatat foto, deskripsi fisik, dan sebelas pengukuran tubuhnya menggunakan metode Bertillon.
Namun, saat data dibandingkan dengan arsip penjara, petugas menemukan bahwa seorang narapidana bernama William West sudah berada di sana lebih dulu.
Anehnya, kedua pria ini memiliki ukuran fisik dan fitur wajah yang nyaris identik.
Petugas pun menghadapi kebuntuan.
Jika hanya mengandalkan metode Bertillon, mereka kesulitan memastikan apakah Will dan William adalah orang yang sama atau individu yang berbeda.