Part 173: Kursi yang Dibiarkan Merana

Mereka membiarkan Kanjeng Prebu memimpin negeri Galuh seorang diri.

banner 468x60

“Coba Mama pikirkan bagaimana caranya agar persoalan ini bisa diatasi dan tidak mentok. Kalau kita hanya diam, masalah ini tidak akan selesai,” pinta Kanjeng Prebu.

Urusan penggalangan dana umat, Mama Rohel memiliki murid bernama Dodo seorang ahli retorika.

Ia berniat menunjuk Dodo sebagai ketua tim penggalangan dana untuk kursi wakil.

“Kanjeng Prebu, kursi wakil itu bukan semata-mata urusan politik. Ini juga menyangkut kepentingan umat. Calon wakil yang akan dipilih bukan hanya usulan dari partai politik, tetapi juga rekomendasi dari perwakilan umat Islam. Kami akan memulai gerakan infak Rp2.000 untuk kursi wakil. Jika jumlah penduduk Galuh 1,5 juta orang, dikalikan Rp2.000, dana yang terkumpul akan cukup untuk membiayai pesta demokrasi ini,” ujar Mama Rohel dengan penuh keyakinan.

Dodo yang ditunjuk sebagai ketua tim memilih diam.

Namun, ia siap bergerak begitu mendapat restu dari Mama Rohel.

Kanjeng Prebu hanya tersenyum tipis.

Ia tidak menyuruh, tetapi juga tidak melarang.

“Selama ini demi kemaslahatan negeri Galuh, mangga Mama bergerak. Kita lihat saja bagaimana respons masyarakat Galuh,” jawab Kanjeng Prebu.

Waktu berlalu tanpa terasa.

Keraton mulai ramai oleh tamu.

Mama Rohel pun berpamitan pulang ke Kampung Cikarohel.

banner 336x280

Komentar