DiksiNasi, Cikarohel – Pagi ini, Kampung Cikarohel cerah.
Suara burung dan ayam berkokok lantang terdengar hingga ke sudut kampung.
Masalah masyarakat silih berganti datang dan pergi tiada henti.
Mama Rohel menjadi pemandu kehidupan yang membersamai masyarakat sekitar.
Belajar Ilmu Titen
Pagi ini, tema pengajian membahas ilmu titen, sebuah ilmu empiris yang dihitung berdasarkan algoritma dan keteraturan alam.
“Ilmu titen biasa juga digunakan untuk menghitung mitigasi bencana alam. Para karuhun mewariskan pamali dan larangan yang sejatinya adalah bagian dari ilmu titen,” ujar Mama Rohel membuka obrolan pengajian subuh.
Seperti biasa, santri senior, Samsul, menyiapkan kopi dan cerutu agar Mama Rohel bisa berkonsentrasi.
Mama Rohel melanjutkan:
“Kejahatan ekologis sedang berlangsung di Gunung Sawal. Masyarakat yang mendapat dana dari cukong kopi, menanami kaki Gunung Sawal dengan kopi. Serapan air juga akan berkurang jika kopi kelak mendominasi Gunung Sawal.”
Samsul bertanya, “Bah, apa kaitannya ilmu titen dengan ancaman bahaya di Gunung Sawal?”
“Manusia harus selalu mengambil pelajaran dari setiap kejadian. Itu yang menjadi dasarnya. Dalam algoritma alam, sebuah kejadian akan selalu berulang. Maka dari itu, waspadalah dan bacalah titen tersebut. Jika macan tutul turun gunung dan memangsa ternak warga, itu adalah pertanda bahaya, Sul,” jawab Mama Rohel.
Sumber Air Galuh
Gunung Sawal adalah bank air.