“Alam kita untuk kita, bukan untuk orang lain. Universitas Galuh merasa bangga bisa ikut serta dalam penanaman pohon ini. Konservasi harus tetap terjaga meskipun ada pembangunan besar seperti bendungan,” ujar Azis.
Bagi Unigal, gerakan ini juga menjadi momentum bahwa menjaga alam bukan sekadar teori di ruang kuliah, melainkan aksi nyata di lapangan.
Konservasi untuk Generasi Mendatang
Azis menambahkan, Unigal berencana bekerja sama dengan BBWS Citanduy agar program konservasi tidak berhenti di Leuwikeris.
Menurutnya, pembangunan harus berjalan berdampingan dengan upaya menjaga keberlanjutan ekosistem.
“Kegiatan ini adalah awal. Kami ingin ke depan Universitas Galuh bisa melahirkan program-program konservasi yang memberi manfaat langsung bagi masyarakat, lingkungan, dan generasi mendatang,” pungkasnya.
Menanam Pohon, Menanam Harapan
Gerakan menanam 2025 pohon di Bendungan Leuwikeris menjadi pengingat bahwa manusia tidak bisa terus-menerus mengambil dari alam tanpa mengembalikan.
Setiap bibit pohon yang ditanam adalah simbol harapan: udara lebih bersih, air lebih terjaga, dan generasi yang bisa tumbuh di bumi yang lebih hijau.
Momentum Hari Konservasi Alam Nasional di Leuwikeris kali ini menegaskan, menjaga alam adalah kewajiban, bukan pilihan.