Dinas Pendidikan Ciamis Dinilai Korbankan Siswa SMPN 6 Demi Agenda Seremonial

Sekolah sebagai unit pelaksana kebijakan seolah kehilangan ruang diskusi kritis.

banner 468x60

DiksiNasi, CiamisDinas Pendidikan Kabupaten Ciamis menggelar Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) dan Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) pada 8 Mei 2025 di SMPN 6 Ciamis, tepat saat siswa kelas 9 menjalani ujian akhir.

Keputusan ini menuai kritik karena dianggap mengorbankan kenyamanan belajar siswa demi ambisi menyukseskan agenda lomba.

Siswa kelas 9 membutuhkan suasana tenang untuk menyelesaikan ujian penentu kelulusan.

Namun, kegiatan lomba yang berlangsung di sekolah mereka justru menciptakan potensi gangguan suara, lalu-lalang peserta, serta distraksi lain di lingkungan belajar.

Seorang aktivis pendidikan asal Ciamis yang enggan menyebutkan namanya menyayangkan keputusan tersebut.

Ia menilai Dinas Pendidikan mengabaikan kondisi psikologis siswa yang tengah menghadapi ujian penting.

“Dinas Pendidikan seharusnya bisa memilih sekolah lain atau menjadwal ulang. Tapi mereka tetap memaksa pelaksanaan di SMPN 6, tanpa mempertimbangkan beban mental siswa yang sedang ujian,” ujarnya. Juma’at, (10/05/2025).

Pernyataan Dinas dan Realitas di Lapangan

Kasi Pembinaan Karakter dan Peserta Didik Dinas Pendidikan Ciamis, Rubi Julianto, menjelaskan bahwa kegiatan telah dikoordinasikan jauh hari.

“SMPN 6 menjadi pilihan karena jumlah siswa kelas 9-nya relatif sedikit dan ruangan cukup. Ujian dan lomba kami pisahkan,” ujarnya.

Ironisnya, ketidakmampuan sekolah untuk menolak keputusan tersebut justru menyoroti posisi subordinatif sekolah terhadap kebijakan birokrasi.

Sekolah sebagai unit pelaksana kebijakan seolah kehilangan ruang diskusi kritis.

Kepala Sekolah Tak Berdaya Hadapi Keputusan Dinas

Kepala SMPN 6 Ciamis, N. Eroh Rohmawati, mengakui sekolahnya sedang melaksanakan ujian akhir kelas 9 ketika FLS2N dan FTBI berlangsung.

Ia menyatakan telah menyampaikan kondisi tersebut kepada Dinas Pendidikan, namun tetap harus menjalankan kegiatan lomba.

“Kami sudah sampaikan kepada dinas bahwa ada ujian, tapi tetap meminta melaksanakan kegiatan lomba. Kami tidak bisa menolak karena ini program resmi,” kata Eroh.

Ia berusaha memastikan pelaksanaan ujian tetap berlangsung lancar dengan memisahkan ruangan antara kegiatan lomba dan ruang ujian.

Namun, posisi Eroh sebagai kepala sekolah tetap berada dalam tekanan.

Ia juga harus menuruti perintah struktural meski menyadari potensi gangguan terhadap konsentrasi siswa.

banner 336x280