DiksiNasi, CIAMIS — Suasana malam di Lingkungan Karang Gedang, Linggasari, Kecamatan Ciamis terasa khidmat.
Jamaah yang hadir, tampak khusyuk mengikuti kegiatan rutin bertajuk Ngobrol Perkara Iman, Islam, dan Ihsan atau disingkat NGOPI.
Rangkaian acara antara lain, pembacaan surat Al-Kahfi, istighosah, serta kajian mendalam bersama Ustadz Deni, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Hidayah Baregbeg, Ciamis.
Dalam kesempatan tersebut, Ustadz Deni membahas tema yang jarang disentuh dalam kajian keislaman harian: hubungan antara syariat dan hakikat dalam perjalanan spiritual seorang muslim menuju ma’rifatullah.
“Kalau syariat itu kulitnya, maka hakikat adalah isinya. Keduanya tidak bisa berdiri sendiri. Sama seperti kelapa, air dan dagingnya takkan sampai ke tangan kita kalau tak ada sabut dan batoknya,” ujar Ustadz Deni kepada para jamaah. Rabu, (09/07/2025).
Menyeimbangkan Kulit dan Isi
Menurut Ustadz Deni, salah satu kesalahan fatal dalam menjalani kehidupan beragama adalah ketika seseorang merasa cukup dengan ‘hakikat’, namun mengabaikan syariat.

Pandangan semacam ini, katanya, tidak sejalan dengan jalan yang ditempuh para ulama terdahulu.
“Tak bisa kita berkata, yang penting hatinya baik, ibadah mah belakangan. Itu keliru besar. Karena semua hakikat harus dilandasi dan diperkuat oleh syariat. Itulah jalan Islam,” tegasnya.
Kehidupan manusia, lanjutnya, adalah manifestasi kekuasaan dan kehendak Allah SWT.
Maka, semua bentuk ibadah lahir dan batin harus terbingkai dengan ketundukan terhadap aturan-Nya.
Komentar