Ia memuji aksi Doervoer sebagai “langkah terpuji” dan menegaskan bahwa gerakan seperti ini layak ditiru.
“Santunan bagi anak-anak yatim dan dukungan untuk pejuang thalasemia adalah wujud kasih sayang dan solidaritas yang sangat bermanfaat,” katanya dalam sambutan.
Darah, Doa, dan Harapan di Tengah Kesederhanaan
Di ruangan sempit yang disulap menjadi tempat donor, beberapa anak penderita thalasemia tampak hadir bersama orang tua mereka.
Sebagian menyambut santunan dengan senyum malu-malu, sebagian lainnya mendengarkan petuah Bupati dengan mata berbinar.
“Anak-anakku harus tetap kuat, tetap semangat. Jangan pernah menyerah. Semoga selalu sehat dan diberi umur panjang,” ucap Herdiat, dengan suara bergetar.
Kalimat itu seolah menyiram harapan baru bagi mereka yang saban minggu harus berurusan dengan rumah sakit dan jarum infus.
Benteng Jadi Teladan, Pemerintah Perlu Lebih Dekat
Kegiatan yang digelar Doervoer tak hanya menyentuh sisi medis dan sosial, tetapi juga memperkuat kesadaran kolektif bahwa kemanusiaan tak bisa hanya diserahkan pada negara.
Gerakan akar rumput seperti ini perlu ruang, dukungan logistik, bahkan pendampingan kebijakan agar bisa terus hidup dan menjangkau lebih banyak yang membutuhkan.
“Komunitas seperti Doervoer telah menumbuhkan semangat gotong royong dan nilai-nilai kemanusiaan yang penting dalam pembangunan,” tambah Herdiat.
Kelurahan Benteng mungkin tak tercatat dalam peta peristiwa nasional.
Namun pada hari itu, ia menjadi saksi dari darah yang mengalir bukan karena kekerasan, tapi karena cinta kasih—bukti bahwa di tempat yang jauh dari sorotan media, kemanusiaan masih hidup dan berdenyut kencang.