CWPG Didik Pesilat Tangguh, Cerdas, dan Rendah Hati “Teu adigung ku adiluhung, teu balaga ku pangabisa”

Strategi Cikalong dan Durabiliti Cimande Menjadi Dasar Setiap Jurus CWPG

banner 468x60

DiksiNasi, CIAMIS“Teu adigung ku adiluhung, teu balaga ku pangabisa” menjadi prinsip yang mengakar di Perguruan Pencak Silat Ciung Wanara Putra Galuh (CWPG).

Filosofi ini menuntun para pesilat untuk tidak menyombongkan diri meski memiliki derajat tinggi, dan tidak berlagak meski memiliki kemampuan hebat.

CWPG Didik Petarung Tangguh Namun Tetap Berperilaku Santun
CWPG Didik Petarung Tangguh Namun Tetap Berperilaku Santun

Pelatih CWPG, Kurniawan alias Juli, menjadikan prinsip tersebut sebagai pondasi dalam melatih atlet.

Ia memadukan dua aliran besar pencak silat Sunda, Cimande dan Cikalong, demi mencetak pesilat yang tangguh, cerdas, dan menjunjung rendah hati di setiap langkahnya.


Cikalong Andalkan Strategi Licik dan Efisien

Juli menggambarkan Cikalong sebagai aliran yang memanfaatkan tenaga lawan.

“Kalau ada yang mukul, dia tidak melawan dengan benturan, tapi memanfaatkan gerakan lawan untuk dijatuhkan. Teknik jatuhan dan bantingan Cikalong itu mengambil tenaga lawan,” ujarnya. Selasa, (12/08/2025).

Teknik ini memungkinkan pesilat mengubah serangan lawan menjadi peluang untuk menjatuhkan tanpa menguras tenaga secara berlebihan.


Cimande Tawarkan Kekuatan Keras

Berbeda dengan Cikalong, Cimande mengandalkan benturan, sapuan kaki, dan serangan langsung.

“Kalau sudah terbiasa di Cimande, benturan tidak akan terasa sakit,” kata Juli.

Cimande melatih daya tahan fisik, keberanian, dan kekuatan penuh, sehingga pesilat mampu menghadapi duel jarak dekat dengan percaya diri.

banner 336x280