Sistem pertanian tradisional yang mereka terapkan sejak tahun 1368 tetap bertahan tanpa sentuhan bahan kimia.
Mereka menanam padi di ladang kering (huma) maupun sawah basah, lalu menyimpannya di lumbung milik keluarga masing-masing.
Jumlah leuit milik setiap keluarga bervariasi sesuai dengan hasil panen mereka, menunjukkan betapa pentingnya peran padi dalam kehidupan sosial dan budaya desa.
Harmoni antara Tradisi dan Inovasi
Meski sangat menjaga tradisi, Ciptagelar tidak menolak perkembangan teknologi.
Akses internet dan media lokal menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat desa ini. Mereka memanfaatkan teknologi untuk mendokumentasikan serta mempromosikan budaya mereka kepada dunia luar.
Melalui siaran televisi dan radio, Ciptagelar telah membuka diri terhadap dunia, tanpa melupakan akar tradisi yang mereka junjung tinggi.
Ciptagelar menjadi bukti nyata bahwa tradisi dan modernitas bisa berjalan beriringan, menciptakan keseimbangan antara melestarikan budaya dan memanfaatkan teknologi untuk keberlanjutan hidup.
Desa ini memberikan pelajaran penting tentang bagaimana menjaga nilai-nilai leluhur sekaligus beradaptasi dengan perkembangan zaman.