Mama Rohel juga ikut tersenyum.
Kemudian, Bupati Ciamis, Wirautama, menimpali penjelasan Adipati Singacala.
“Leres, Pangersa. Jabatan Bupati identik dengan kesederhanaan, dan istrinya hanya satu. Kekuasaan dan kekayaannya terbatas. Bahkan di negeri sebelah, ada undang-undang yang membatasi istri Bupati hanya satu,” ujar Bupati Wirautama.
Dialog interaktif semakin hangat.
Mama Rohel pun ikut berbicara.
“Numutkeun abdi, saéna mah Bupati Ciamis téh bergaya Adipati agar semangat membangun negeri Galuh. Rata-rata Bupati yang monogami kurang semangat membangun negeri,” celetuk Mama Rohel.
Di sudut Pendopo Tegal Bentar, tiba-tiba terdengar teriakan protes.
Suara seorang permaisuri Adipati menyatakan ketidaksetujuannya terhadap poligami.
“Mama, abdi teu satuju poligami. Dengan satu permaisuri, banyak Bupati di Tatar Pasundan yang sukses. Yang istrinya banyak juga ada yang gagal menyejahterakan rakyatnya,” ujar sang permaisuri seolah tak setuju dengan kebijakan poligami.
Suasana langsung hening.
Segagah-gagahnya Adipati dan Bupati, tetap kalah berdebat dengan permaisuri.
Dalam tradisi kerajaan, wanita Sunda adalah Ratu yang berkuasa tanpa pertumpahan darah.
Tabik pun!
Komentar