Sementara itu, sang sultan pun menikmati kopi Lampung.
Keakraban mereka telah terjalin sejak lama.
Mama Rohel kemudian menanggapi kegundahan Sultan Hasanuddin.
“Gusti, nampaknya kekuatan pasukan Banten versi modern harus bangkit melawan kekuatan asing dan aseng yang mulai merampas hak rakyat atas nama HGB laut dan konsesi lahan PSN. Korporasi jahat tak bisa dibiarkan merajalela,” ujar Mama Rohel tegas.
Persiapan Perlawanan
Sultan Hasanuddin menghela napas panjang.
Ia sependapat dengan Mama Rohel.
Dalam benaknya, ia memang telah mempersiapkan perlawanan terhadap kekuatan asing dan aseng.
“Iya, Mama. Hari ini pasukan telik sandi sudah bergerak di PIK2 Tangerang. Di belakangnya, pasukan penyerbu siap menyerang jika presiden negeri sebelah tidak menghentikan aneksasi laut Tangerang. Amarah rakyat Banten tak akan bisa dibendung oleh antek-antek asing dan aseng. Kula yang akan memimpin langsung, Mama. Ini reinkarnasi perang perebutan Pelabuhan Jayakarta dari tangan Portugis,” dawuh Sultan Hasanuddin.
Mama Rohel dan Sultan Hasanuddin berpelukan.
Air mata kepedihan menelusup ke relung hati mereka.
Kedua sosok ini bertekad mengawal perlawanan rakyat Banten dan melenyapkan musuh-musuh negeri.
Tabik pun!