Part 174: Yang Muda yang Memimpin, Hudang Jang!

Kini, saatnya anak muda tampil memimpin dan mendampingi Adipati yang mulai menua.

banner 468x60

DiksiNasi, CikarohelNegeri yang hijau, damai, tenteram, dan makmur itulah gambaran tentang Galuh.

Prabu Wretikandayun, mendirikan Galuh di Bojonggaluh.

Tanah subur yang dilimpahi keberkahan ini menjadi dasar berdirinya Kerajaan Galuh.

Pemuda visioner itu membangun kerajaannya bukan sekadar untuk menciptakan kemakmuran, tetapi juga untuk mewujudkan perdamaian dan kesejahteraan jangka panjang, hingga hari ini.

“Kisah Prabu Wretikandayun harus menjadi semangat kita. Kejayaan dan kebesaran nama Galuh juga seharusnya mampu melahirkan generasi muda yang siap memimpin negeri ini,” ujar Mama Rohel saat membuka kajian pagi.

Namun, kondisi Kampung Cikarohel saat ini berbanding terbalik.

Banyak pemuda menganggur dan menghabiskan waktunya hanya untuk bermain.

Mereka tak pernah lepas dari gawai, seakan terkena kutukan tanah Galuh.

Tak satu pun dari mereka terlihat sehebat sang prabu pendiri kerajaan.

“Hudang… hudang! Kalian terlalu manja. Ayo bangun kampung ini lewat prestasi dan inovasi! Rebut kursi Wakil Adipati dan gunakan kekuasaan itu demi kemaslahatan masyarakat Galuh,” seru Mama Rohel, menyemangati para pemuda.

Syamsul dan Dodo hanya diam dan mengangguk pelan.

Sudah terlalu lama kursi wakil terbiarkan kosong tanpa kejelasan.

Kini, saatnya anak muda tampil memimpin dan mendampingi Adipati yang mulai menua.

“Sedia payung sebelum hujan. Kalau suatu hari terjadi sesuatu yang menghambat jalannya kepemimpinan, kita harus sudah siap dengan regenerasi pemimpin,” tambah Mama Rohel.

Sementara itu, suasana di Keraton tampak muram.

Tak terdengar canda dan tawa.

Kanjeng Prebu memandangi pemandangan memilukan: rumah-rumah reot dan tidak layak huni tersebar di berbagai penjuru.

Kemakmuran tampak tak selaras dengan pendapatan masyarakat.

Angka kemiskinan pun belum menunjukkan tanda-tanda penurunan.

banner 336x280

Komentar