Semua media sosial menjadi dinding ratapan doa-doa. Bahkan, ucapan duka cita via media sosial semakin marak.
Tidak ada lagi tradisi melayat dan tahlilan, karena semua cukup melalui postingan foto, tulisan, dan video.
Malaikat kemudian melanjutkan perjalanan, mengajak Mama Rohel melihat penghuni neraka.
Di balik api yang menyala dengan asap hitam pekat, terlihat sosok penghuni yang kurus kering.
Dari wajah-wajah mereka, tampak tokoh ulama, ajengan, dan ahli ibadah.
“Malaikat, kenapa mereka justru di neraka?” Mama Rohel kembali protes.
Malaikat menjawab dengan sabar, “Mama, mereka menjual pahala ibadahnya dengan sejumlah uang. Kemudian mereka memamerkan semua amal baiknya di dinding media sosial. Jutaan mata melihatnya, maka gugurlah semua pahalanya. Itu sebabnya mereka kurus kering dan mendapat siksa api neraka. Mereka tidak miliki harapan untuk bertobat.”
Mama Rohel hanya terdiam.
Bahkan, di kantin neraka pun tidak ada kopi khas Rajadesa dan cerutu Kampung Cikarohel.
Waktu pun telah habis.
Mama Rohel kembali ke alam dunia.
Ia mendarat di pesawahan Cikarohel.
Mendadak sungai mengering.
Subhanallah.