Part 65: Jalanan Mulus Harus Banyak Fulus, Melawan Akal Bulus

Ternyata Adipati Kanjeng Prebu bukan hanya berhasil merayu Belanda untuk membangun jalur kereta api yang melewati Ciamis, tetapi juga sukses membangun jalan besar untuk lalu lintas umum.

banner 468x60

Mama Rohel dan Samsul melihat dari kejauhan.

Warga yang kena begal adalah petani gurem.

Dengan jurus tendangan tanpa bayangan, Mama Rohel melompat dari kuda dan terbang menendang si bandit.

“Praaak!” Satu tendangan mendarat di leher Ki Bocel.

Sedetik kemudian, bandit itu tersungkur.

Merasa kalah tanding, Ki Bocel bangkit lalu kabur ke hutan.

Si petani pun dapat melanjutkan perjalanan menuju Dayeuh.

“Mestinya jalan yang mulus ini jadi sarana untuk kesejahteraan bersama. Jalan adalah wasilah segala hajat. Tanpa jalan, kita tak pernah bisa menjalin silaturahmi ke mana-mana,” ujar Mama Rohel membuka obrolan dengan Samsul.

Samsul menjawab, “Muhun, leres, Bah. Komo ayeuna aya kabar, Djawatan Pekerjaan Umum Negeri Kanjeng Prebu mendapatkan penghargaan sebagai kinerja penyelenggara jalan terbaik se-Nusantara. Konon dapat hadiah Rp40 miliar, Bah. Ini amazing, Bah.”

Mama Rohel mengangguk tanda senang mendengar kabar tersebut.

Jalanan Mulus Selalu Butuh Fulus agar Terurus dan tidak Tandus
Jalanan Mulus Selalu Butuh Fulus agar Terurus dan tidak Tandus

Rupanya ada penerus Kanjeng Prebu yang merawat jalan warisan leluhur.

“Jalan hotmix di zaman modern ini sejatinya telah berusia ratusan tahun. Bahkan, sejak Mataram kuasai Galuh, jalan umum di Kota Galuh sudah menjadi jalur mobilisasi pasukan Mataram saat menyerang Batavia pada tahun 1629 M,” ujar Mama Rohel menimpali kabar dari Samsul.

banner 336x280