Part 122: Menjadi Jongos di Negeri Sendiri

Fakta yang disaksikan Mama Rohel mengingatkannya pada masa kepemimpinan Kanjeng Prebu Kusumadiningrat pada 1880-an.

banner 468x60

DiksiNasi, Cikarohel – Usai salat tarawih, Mama Rohel berkeliling ke pelosok Negeri Galuh.

Ia mengunjungi Kampung Kertaharja dan melihat beberapa bangunan kandang ayam mewah.

Perkembangan investasi asing begitu nyata dan mencolok.

Mama Rohel menyaksikan fakta yang mengingatkannya pada masa kepemimpinan Kanjeng Prebu Kusumadiningrat pada 1880-an.

Saat itu, penjajah Belanda memonopoli komoditas hasil bumi, seperti kelapa dan rempah-rempah.

Rakyat hanya menjadi jongos yang menghasilkan komoditas pertanian tanpa menikmati hasilnya.

Kini Sejarah itu Terulang.

Di tanah leluhur yang sama, kapitalisme asing mencengkeram Negeri Galuh.

Rakyat kembali menjadi jongos yang hanya melayani perputaran modal asing.

Mama Rohel menatap beberapa bangunan close house ayam pedaging yang berdiri megah.

Kandang ayam modern dengan teknologi canggih itu berjejer gagah.

Sekali panen, hasilnya mencapai miliaran rupiah.

Ribuan ayam di sana hanya diurus oleh dua orang pekerja.

“Peternakan ayam rakyat kini tinggal kenangan. Kandang ayam milik petani kecil gulung tikar. Sekarang, kandang raksasa milik taipan memonopoli perdagangan ayam lokal,” gumam Mama Rohel sambil menyeruput kopi di warung Mak Icih.

banner 336x280