DiksiNasi, Cikarohel – Pesantren Tegal Bentar mendadak ramai.
Beberapa ahli budaya dan kerabat keraton datang berkunjung.
Kedatangan mereka bukan untuk merencanakan unjuk rasa, melainkan untuk membedah Kitab Adiluloh.
Sambil meneguk kopi pahit, Mama Rohel membuka lembar demi lembar kitab kuno tersebut.
Kitab Adiluloh merupakan rujukan para sultan dalam menata kehidupan masyarakat.
Dodo bin Smith hanya terdiam karena tidak memahami isinya.
Kitab Adiluloh ditulis menggunakan huruf Palawa Jawa dan Arab Pegon.
Menerjemahkan kitab ini bukanlah hal yang mudah.
“Mama, ada rahasia apa dalam kitab itu?” sela Dodo membuka percakapan.
“Ini bukan sekadar kitab, Do. Ini adalah jimat yang memandu perjalanan umat manusia di Nusantara. Tatanan sosial saat itu berpijak pada agama, drigama, dan toyagama. Ini luar biasa, Do,” jawab Mama Rohel.
Dodo terdiam sejenak.
Ia merasa penasaran mendengar penjelasan Mama Rohel.
“Apakah isi kitab ini masih relevan dengan kehidupan saat ini, Mama?” tanya Dodo.
“Kita sudah kehilangan sumber nilai sosial dalam kehidupan. Agama, drigama, dan toyagama merupakan tiga pilar utama yang menopang kehidupan manusia. Kita lanjutkan besok ya, Do. Kitab Adiluloh butuh analisis yang mendalam,” pungkas Mama Rohel.
Langit Kampung Cikarohel tampak mendung.
Beberapa hari terakhir, hujan terus mengguyur.
Mama Rohel pun kembali melanjutkan aktivitasnya di sawah.
Komentar