DiksiNasi, Ciamis – Transformasi bisnis media cetak ke platform digital semakin gencar berlangsung, seiring dengan perubahan pola konsumsi informasi masyarakat.
Akses terhadap media independen dan informasi yang akurat telah menjadi fondasi penting dalam pembangunan demokrasi.
Hal ini juga diakui oleh Global Forum on Media Development (GFMD), yang menegaskan bahwa akses publik terhadap informasi dan kebebasan media merupakan bagian penting dari pembangunan manusia.
Menurut laporan Katadata Insight Center, 76% masyarakat Indonesia lebih memilih media sosial sebagai sumber informasi utama, jauh melampaui media cetak, televisi, dan radio.
Tren ini terpicu oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), yang mempercepat perpindahan media dari cetak ke digital.
Media seperti Tempo juga telah mengambil langkah signifikan dengan memperkuat kehadirannya di dunia digital.
Direktur Pengembangan Bisnis Tempo, Tomi Aryanto, mengatakan bahwa keputusan ini diambil melihat kecenderungan masyarakat yang semakin akrab dengan gawai sebagai sarana konsumsi informasi.
Model Bisnis Media Digital
Seiring dengan pergeseran ini, media digital menawarkan peluang bisnis yang besar.
Pendapatan utama media digital berasal dari iklan dan pembaca.
Model bisnis umum yang tersaji termasuk iklan display, pembuatan konten, engagement komunitas, hingga konten premium.
Tantangan Tetap Ada
Agus Sudibyo, dalam bukunya Media Massa Nasional Menghadapi Disrupsi Digital, menyoroti dominasi perusahaan teknologi besar seperti Google dan Facebook dalam menguasai surplus ekonomi digital.
Kondisi ini menciptakan “digital feodalism,” di mana media massa terpaksa bergantung pada platform teknologi untuk mendistribusikan konten dan memperoleh pendapatan.
Jurnalisme Clickbait dan Tantangan Kualitas
Agus juga menyoroti adanya fenomena clickbait journalism, di mana media massa cenderung memproduksi konten demi mengejar traffic dan iklan, yang sering kali menurunkan kualitas informasi yang mereka sajikan.
“Gosip dan isu-isu sensasional lebih mencuat ketimbang substansi,” ujarnya.
Salah satu dampak dari ketergantungan pada platform digital, adalah munculnya jurnalisme clickbait.
Dalam metode clickbait, berita sering kali tercipta untuk mendapatkan traffic tinggi tanpa memperhatikan kualitas substansi.