“Budaya kita sangat menghargai kesucian dan kehormatan remaja. Kebijakan ini seolah-olah memberikan legitimasi pada kebebasan seksual di usia muda, padahal mereka seharusnya masih fokus pada pendidikan,” jelasnya.
“Saya mengecam keras langkah ini, karena tidak hanya bertentangan dengan nilai-nilai agama, tetapi juga melanggar norma budaya Indonesia. Budaya kita tidak mengajarkan kebebasan seksual pada usia muda, apalagi memberikan kontrasepsi kepada mereka yang seharusnya masih fokus pada pendidikan,” tegasnya.
Solusi Bagi Edukasi
Meski demikian, Prima menyadari bahwa hanya mengecam tanpa menawarkan solusi bukanlah langkah yang bijak.
Ia mengusulkan pendekatan edukatif melalui sosialisasi kesehatan reproduksi bagi remaja.
“Sosialisasi tentang kesehatan reproduksi bagi remaja, jika dilakukan dengan pendekatan edukatif, bisa menjadi langkah yang tepat,” tambahnya.
Prima mendukung program edukasi kesehatan reproduksi yang komprehensif dan berbasis pada nilai-nilai agama serta budaya.
Ia percaya bahwa tujuan utama dari edukasi ini adalah mencegah perilaku berisiko tanpa harus memfasilitasi hubungan seksual, yang jelas-jelas dilarang oleh agama dan norma sosial.
“Dengan demikian, kita tidak hanya melindungi kesehatan reproduksi remaja, tetapi juga menjaga nilai-nilai moral dan etika yang kita anut bersama,” pungkasnya.
Artikel ini menggarisbawahi pentingnya pendekatan yang bijaksana dalam mengedukasi remaja tanpa mengabaikan norma-norma sosial dan agama yang berlaku di masyarakat.