Koruptor Calling vs Garuda Calling: Pertarungan di Ranah Media Sosial

Dua kubu ini seakan bertarung dalam perebutan perhatian publik: sepak bola versus skandal korupsi.

Ada juga yang menyebut, “Bansos United vs KTP City FC, big match yang merugikan rakyat.”

Mengapa Koruptor Calling Viral?

Fenomena ini menunjukkan bahwa publik masih geram terhadap kasus-kasus korupsi yang kerap terjadi di Indonesia.

Melalui humor dan kreativitas, warganet menyampaikan pesan serius bahwa korupsi masih menjadi permasalahan besar di negeri ini.

“Sindiran semacam ini menjadi pengingat bahwa masyarakat tidak akan lupa terhadap kasus-kasus korupsi yang pernah terjadi,” ujar pengamat komunikasi digital, Aryo Nugroho.

Ia menilai bahwa humor semacam ini menjadi bentuk ekspresi masyarakat yang efektif untuk menyuarakan kritik sosial.

Garuda Calling: Harapan untuk Timnas Indonesia

Di tengah ramainya perbincangan tentang “Koruptor Calling,” perhatian publik juga tertuju pada “Garuda Calling,” ajang pemanggilan pemain Timnas Indonesia untuk Kualifikasi Piala Dunia 2026.

Timnas Indonesia akan menghadapi laga melawan Australia pada 20 Maret di Sydney dan Bahrain pada 25 Maret di Jakarta.

Pelatih Patrick Kluivert akan mengumumkan daftar 27 pemain pada 9 Maret 2025. Sejumlah nama seperti Rizky Ridho, Marselino Ferdinan, dan Jay Idzes hampir pasti masuk dalam daftar skuad.

Namun, dengan viralnya “Koruptor Calling,” tampaknya perhatian publik lebih tertuju pada kritik sosial daripada sekadar berita sepak bola nasional.

Hal ini menunjukkan bahwa isu korupsi tetap menjadi perhatian utama masyarakat, bahkan dalam ranah hiburan dan olahraga.

Fenomena ini menjadi pengingat bahwa netizen Indonesia memiliki cara unik dalam menyampaikan pesan, sekaligus membuktikan bahwa kritik sosial tetap hidup di tengah derasnya arus informasi digital.