Abi Kusno Nachran: Sang Penjaga Pena, Simbol Keberanian Jurnalisme di Tengah Badai

Karier jurnalistik Abi dimulai dari media-media lokal seperti Lintas Khatulistiwa, Banjarmasin Post, hingga media nasional seperti Media Indonesia.

Bahkan dalam kondisi fisik yang tidak sempurna, ia tetap menulis dan mengungkap kejahatan, tanpa gentar menyebut nama-nama besar di balik bisnis haram tersebut.

Ancaman di Balik Pena

Pekerjaan Abi sebagai jurnalis, penuh dengan intimidasi yang mewarnainya.

Salah satu ancaman paling mencekam terjadi pada tahun 2006, ketika ia menerima sebuah kotak kain kafan bertuliskan, “Jangan Bunuh Mata Pencaharian Kami.”

Namun, ancaman tersebut tidak membuat Abi mundur.

Ia tetap berdiri tegak, membawa suara rakyat yang tertindas oleh pengaruh cukong besar.

Perjalanan Terakhir Sang Jurnalis

Takdir akhirnya menjemput Abi Kusno Nachran pada 24 Juli 2006. Kecelakaan mobil di Jalan Tol Cirebon merenggut nyawanya.

Meskipun secara resmi terjadi sebagai kecelakaan, banyak pihak menduga insiden ini adalah bagian dari skenario untuk membungkam suara lantangnya.

Abi telah tiada, tetapi warisannya sebagai seorang jurnalis pemberani tetap hidup.

Namanya menjadi simbol perjuangan wartawan dalam mengungkap kebenaran, bahkan di tengah ancaman terbesar sekalipun.

Sebuah Inspirasi Abadi

Abi Kusno Nachran adalah pengingat betapa pentingnya peran jurnalisme dalam menjaga kebenaran.

Di tengah era modern yang semakin kompleks, perjuangan Abi menjadi teladan bahwa jurnalis bukan hanya pengabdi kata, tetapi juga penjaga moral masyarakat.

Warisan Abi adalah keberanian yang tak ternilai, dan semangatnya akan terus menjadi inspirasi bagi generasi wartawan selanjutnya.

Sebagaimana Abi, mungkin para jurnalis juga bertanya: Beranikah kita melawan gelap dengan pena, meski nyawa menjadi taruhannya?