Taru Martani: Sejarah Pabrik Cerutu Legendaris Yogyakarta yang Terancam Kasus Korupsi

Berdiri sejak 1918 dengan nama awal N.V. Negresco, pabrik ini memproduksi cerutu yang telah menjadi favorit pasar internasional selama lebih dari satu abad.

banner 468x60

Kini, pabrik yang masih mempertahankan beberapa mesin produksi dari masa kolonial ini mampu memproduksi hingga 5 juta cerutu per tahun, dengan 70% produksinya diekspor ke negara-negara seperti Belanda, Amerika Serikat, dan Jerman.

Cerutu-cerutu buatan Taru Martani seperti Churchill, Corona, dan Panatella masih menjadi favorit pasar internasional.

banner 336x280

Isu Korupsi yang Menghantam

Namun, prestasi yang telah dibangun selama bertahun-tahun ini terancam oleh dugaan kasus korupsi.

Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X, melaporkan Direktur Utama PT Taru Martani, Nur Achmad Affandi, atas dugaan korupsi investasi emas yang menyebabkan kerugian sebesar Rp 18,7 miliar bagi perusahaan.

“Memang kami yang melaporkan (dugaan korupsi di Taru Martani), ada surat gubernur ke kejaksaan,” ungkap Sultan pada Mei 2024.

Warisan Sejarah yang Harus Lestari

Taru Martani tidak hanya berfungsi sebagai pabrik, tetapi juga sebagai warisan sejarah dan budaya Yogyakarta.

Kompleks pabrik ini terdiri dari berbagai bangunan bersejarah seperti gedung produksi, kantor teknik, dan koperasi.

Meskipun telah mengalami berbagai perubahan zaman, pabrik ini masih berdiri kokoh dan terus beroperasi.

Dengan sejarah panjang yang melibatkan banyak perubahan, baik politik maupun ekonomi, Taru Martani menjadi simbol ketahanan industri tradisional di tengah modernisasi.

Harapannya, kasus korupsi yang tengah membelit tidak menghalangi masa depan cerah bagi pabrik yang telah menjadi bagian dari identitas Yogyakarta ini.

banner 336x280