Indonesia Airlines: Maskapai Bermerek RI, Berbendera Singapura

Maskapai Baru dengan Nama Indonesia, Berbasis di Singapura

banner 468x60

Menurut Iskandar, keputusan berkantor di Singapura didasarkan pada berbagai faktor, termasuk stabilitas ekonomi, kebijakan pro-bisnis, serta sistem perpajakan yang lebih kompetitif dibandingkan Indonesia.

“Singapura memiliki sistem pajak yang lebih menarik dan regulasi bisnis yang lebih jelas,” ungkapnya. Jum’at, (07/03/2025).

Rencana Operasional Indonesia Airlines

Indonesia Airlines menargetkan layanan penerbangan premium dengan konsep yang setara dengan jet pribadi. Maskapai ini akan berbasis di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, dengan fokus pada penerbangan internasional.

Pada tahap awal, INA akan mengoperasikan 20 pesawat yang terdiri dari:

  • 10 unit Airbus A321neo atau A321LR (badan ramping)
  • 10 unit Airbus A350-900 dan Boeing 787-9 (badan lebar)

Dalam lima tahun pertama, maskapai ini berencana melayani penerbangan ke 48 kota di 30 negara.

Alasan Kantor Pusat di Singapura

Banyak pihak mempertanyakan keputusan Iskandar untuk mendirikan perusahaannya di Singapura, bukan di Indonesia.

Beberapa alasan utama adalah:

  • Tarif pajak perusahaan di Singapura lebih rendah, yakni maksimal 17 persen, ketimbang Indonesia yang akan mencapai 22 persen pada 2025.
  • Stabilitas ekonomi dan politik Singapura lebih terjamin dibandingkan Indonesia yang masih menghadapi tantangan regulasi.
  • Proses pendirian perusahaan dan perizinan lebih cepat serta efisien.
  • Singapura merupakan pusat keuangan global yang memiliki konektivitas tinggi ke pasar internasional.

“Singapura juga menarik banyak investor global karena infrastruktur yang canggih, hukum yang kuat, dan perlindungan properti intelektual yang baik,” ujar Iskandar.

Tim Manajemen Berpengalaman

Untuk mewujudkan visinya sebagai maskapai premium, Indonesia Airlines merekrut para profesional dari maskapai besar dunia:

  • Direktur operasional berasal dari Singapore Airlines, dengan pengalaman lebih dari 40 tahun.
  • Direktur komersial memiliki latar belakang di Emirates dan Asiana Airlines.
  • Kepala departemen operasi penerbangan merupakan salah satu pilot terbaik Indonesia.
  • Direktur produk dan layanan berasal dari Brunei, dengan pengalaman di Royal Brunei dan Emirates.
  • Manajer awak kabin direkrut dari British Airways dan Emirates.

Dengan tim yang solid dan strategi bisnis yang matang, Iskandar optimistis Indonesia Airlines mampu bersaing di pasar penerbangan internasional. “Kami ingin mendefinisikan ulang pengalaman penerbangan premium dengan layanan terbaik dan standar keselamatan tertinggi,” katanya.

Namun, di tengah ambisi besar ini, penggunaan nama Indonesia oleh maskapai asing tetap menjadi perdebatan. Apakah langkah ini hanya strategi bisnis, atau ada kepentingan lain di baliknya?

banner 336x280