“Tagihan listrik saya memang turun, tapi biaya isi bensin jadi naik. Kalau dihitung-hitung, pengeluaran saya sama saja, bahkan cenderung lebih besar karena harga barang juga ikut naik,” ujarnya.
Selain itu, sejumlah ekonom mengingatkan bahwa kebijakan seperti ini harus dilakukan secara terintegrasi.
“Diskon listrik adalah langkah baik, tapi pemerintah juga perlu mempertimbangkan dampak kenaikan BBM pada sektor lain. Subsidi energi harus miliki desain yang memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat luas,” tambah Dedi.
Promo Pertamina untuk Meredam Kenaikan Harga
Sebagai bentuk kompensasi, Pertamina menghadirkan berbagai promo sepanjang tahun 2025.
Misalnya, program I Don’t Like Monday (ILM) yang memberikan diskon Rp300 per liter setiap Senin, dan Thank God It’s Fuelday (TGIF) setiap Jumat.
Promo ini semoga dapat meringankan beban konsumen setidaknya dalam jangka pendek.
Namun, efektivitas promo ini tetap menjadi pertanyaan besar.
“Promo seperti ini hanya membantu sebagian kecil konsumen yang rutin menggunakan aplikasi MyPertamina. Sementara masyarakat yang tidak terbiasa dengan transaksi digital tetap harus menghadapi kenaikan harga secara langsung,” ungkap Dian Pratiwi, seorang konsumen BBM di Bandung.
Kesimpulan
Kenaikan harga BBM di tengah diskon tarif listrik memunculkan dilema baru bagi masyarakat.
Meskipun diskon listrik memberikan manfaat, kenaikan BBM tetap menjadi tekanan berat, terutama bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah.
Kebijakan terintegrasi dan dukungan yang lebih komprehensif sangat perlu untuk memastikan kesejahteraan masyarakat tidak terganggu.