“Maksudnya mungkin bagus, untuk mengenalkan aksara Sunda ke publik. Tetapi jika tidak menulisnya dengan benar, justru akan menjadi kontraproduktif,” ungkap Asep pada Rabu (5/12/2018) sore.
Menurut Asep, kesalahan ini terjadi karena penulisan aksara Sunda tidak mengikuti kaidah yang benar.
“Sepertinya maksud tulisannya ‘Bandung Juara’, tetapi tidak sesuai dengan cara penulisan aksara Sunda yang benar,” tambahnya.
Langkah Selanjutnya
Dengan adanya kritik dari berbagai pihak, semoga Pemerintah Kota Bandung segera mengambil langkah untuk memperbaiki kesalahan ini.
Tidak hanya untuk menjaga marwah budaya Sunda, tetapi juga untuk memastikan bahwa usaha mempromosikan budaya lokal.
Jangan sampai, karena kurang teliti justru menjadi bahan cibiran.
Sebagai ikon pariwisata, Bus Bandros seharusnya merepresentasikan keindahan dan kekayaan budaya Kota Bandung dengan tepat.