Pesantren: Dari Kesatrian ke Pusat Keilmuan
Ajengan Ortodok menyoroti bagaimana pesantren memiliki akar yang sangat tua.
“Awalnya, pesantren berasal dari sistem kesatrian. Pola pengajaran di pesantren saat itu lebih menyerupai diskusi terbuka atau duduk bersama dalam lingkaran ilmu,” ungkapnya.
Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa disiplin ilmu yang pertama kali diajarkan di pesantren bukan hanya ilmu agama.
Pesantren klasik, memiliki tiga bidang utama yang menjadi pondasi dalam kehidupan dasar masyarakat.
Ajengan Ortodok menyebut, ilmu agama—khususnya falakiyah (ilmu perbintangan dan waktu), ilmu pertanian, dan ilmu pertukangan.
Ketiga disiplin ini menjadi jawaban atas kebutuhan masyarakat dalam konteks agraris dan spiritual di masa itu.
Menatap Masa Depan: Bergerak dari Pesantren
Baik Mama Rohel maupun Ajengan Ortodok sepakat bahwa pesantren tidak hanya tempat pendidikan.
Mereka memiliki suara senada, Pesantren akan menjadi pusat gerakan sosial yang mampu membentuk karakter bangsa.
“Harus ada gerakan dari pesantren untuk kembali menjadi pusat literasi sejarah nasional,” kata Ajengan Ortodok dengan tegas.
Sebagai lembaga yang otonom dan dekat dengan masyarakat akar rumput, pesantren memiliki potensi besar dalam membangkitkan kembali kesadaran sejarah nasional, terutama kepada generasi muda.
Literasi sejarah bukan sekadar menghafal nama dan tanggal, melainkan memahami nilai perjuangan, spiritualitas, dan kemandirian yang yang menjadi warisan dari pesantren-pesantren masa lalu.