Part 173: Kursi yang Dibiarkan Merana

Mereka membiarkan Kanjeng Prebu memimpin negeri Galuh seorang diri.

banner 468x60

DiksiNasi, Cikarohel – Suasana sunyi mencekam, menyelimuti Keraton Kanjeng Prebu.

Sang Adipati tampak lelah; kerutan di wajahnya mulai terlihat jelas.

Ia berusaha tetap tegar dalam memimpin Tatar Galuh.

Di satu sisi, Kanjeng Prebu ingin memiliki pendamping.

Namun, memilih seorang wakil bukan perkara mudah.

Regulasi politiknya masih belum jelas.

Partai pengusung memilih diam dan enggan membiayai proses regulasi.

Mereka membiarkan Kanjeng Prebu memimpin negeri Galuh seorang diri.

Di pendopo Joglo, sang Adipati duduk termenung.

Pikirannya menerawang jauh, membayangkan masa depan Tatar Galuh.

Banyak persoalan sosial yang menunggu penyelesaian.

Sejak pagi, Mama Rohel setia menemani Kanjeng Prebu.

Ia hanya menyimak kegundahan sang Adipati.

Masalah kursi wakil memang dilematis dan menyita banyak energi.

“Hapunten, Kanjeng Adipati. Sudah saatnya partai pengusung dan para pangersa duduk bersama, mencari solusi politik, dan menghitung biaya untuk mendorong turunnya regulasi dari pusat. Masalah biaya inilah yang sebenarnya menjadi kendala semua partai pengusung,” ujar Mama Rohel, memecah keheningan dengan obrolan ringan.

“Benar, Mama. Biaya politik memang tidak bisa dihindari. Mau tidak mau, proses dari tingkat bawah hingga pusat tetap membutuhkan biaya. Menurut Mama, bagaimana sebaiknya menyikapi cost politik ini?” tanya Kanjeng Prebu.

Sambil menyeruput kopi, Mama Rohel menarik napas sejenak.

Ia memikirkan cara memperoleh sumber dana yang halal untuk membiayai proses politik dalam mengamankan kursi wakil.

“Setiap kali kita membahas kursi wakil, perhatian kita selalu terpusat pada besar biaya yang harus dikeluarkan. Jumlahnya pun bisa mencapai puluhan miliar. Kalau seluruh biaya dibebankan kepada calon wakil, sepertinya tidak ada yang sanggup,” jawab Mama Rohel.

Kanjeng Prebu mengangguk, membenarkan uraian Mama Rohel.

Sambil menyeruput kopi yang mulai dingin dan mencicipi gorengan pisang, ia menimpali:

banner 336x280

Komentar