DiksiNasi, Cikarohel – Ramadan tahun ini terasa berbeda.
Minuman oplosan marak di berbagai sudut kampung.
Para penjual menuliskan “Es Teler…” dengan merek dagang masing-masing.
Bagi seorang pewaskita sekelas Mama Rohel, fenomena ini jelas bukan hal biasa.
Bukan sekadar naiknya kasta minuman es teler, tetapi ada gerakan alam yang sedang berlangsung.
Alam tengah menyampaikan pesan tentang kejahatan luar biasa.
Para penjahat perminyakan ternyata mengoplos Pertalite agar menyerupai Pertamax, persis seperti kuliner ini.
“Allah membuka kejahatan mereka melalui tanda-tanda alam. Hanya kaum sasmita dan ma’rifat yang dapat membaca fenomena ini. Lewat kuliner ini, kita bisa mengendus kejahatan di Pertamina milik rakyat sebelah,” ujar Mama Rohel saat mengomentari fenomena kuliner es teler.
Usai sahur, Nyi Imas dan Mama Rohel bercengkerama membahas kuliner dengan penuh antusias.
Beberapa hari terakhir, Nyi Imas terus merayu Abahnya agar diizinkan berjualan miuman ini.
“Bah, Neng mau jualan es teler Tegal Bentar, boleh ya, Bah? Mumpung Ramadan… minuman Neng mah rasa oplosan, Pertalite rasa Pertamax, meniru negeri sebelah,” ujar Nyi Imas dengan nada manja.
Mama Rohel tersenyum simpul mendengar anak semata wayangnya ingin berjualan kuliner.
Baginya, ini ide yang baik untuk menambah uang saku Nyi Imas.
Di tengah obrolan santai, Mama Rohel terkejut saat membaca berita di media sosial.
“Juragan Oplosan Es Teler Ditangkap Polisi”—begitu judul yang muncul di layar ponselnya.
Pasukan berseragam cokelat menggeledah pabrik pengolahan bahan es teler.
Di sana, mereka menemukan beberapa bahan adiktif dan pewarna berbahaya.
Ternyata, oplosan minuman yang beredar mengandung zat berbahaya.
“Nyai, coba baca berita ini. Ternyata ada beberapa juragan kuliner yang bermain curang. Mereka mencampurkan zat berbahaya dalam minuman,” ucap Mama Rohel kepada putrinya.
Obrolan semakin seru, hingga suara imsak menghentikan percakapan mereka.
Mama Rohel pun bergegas menuju masjid untuk memimpin salat Subuh berjemaah.