Part 62: Musik Jaipong dan Tarian Sufi

Hilang tradisi Jaipong karena ada orang yang mengaku ustaz mengharamkan musik dan tarian Jaipong.

banner 468x60

Mama Rohel pagi ini menggunakan pakaian khas pangsi dan iket Sunda.

Tak terlihat seperti seorang ulama, ia sangat mencintai budaya dan seni Sunda.

Jangankan Jaipong, seni tarian Sufi Jalaluddin Rumi pun ia kuasai dengan baik.

“Tarian Sufi gerakannya lebih cepat dan ada kesamaan rasa dengan Jaipong. Boleh jadi tari Jaipong pada zamannya merupakan karya kesufian untuk membangun kedekatan dengan Ilahiyah. Jaipong seperti tidak ada rasa Islami itu hanya soal cara pandang. Sejatinya, kita bisa ubah kostum penari Jaipong yang erotis menjadi syar’i, yakni penarinya berhijab dan pakaian mereka tertutup,” tambah Mama Rohel.

Nampaknya, para santri juga bisa memahami penjelasan Mama Rohel.

Dodo dan Samsul terlihat puas.

Pertanyaan Terakhir

Namun, ada satu pertanyaan lagi.

“Bah, kami mendengar para penari Jaipong banyak yang kesurupan saat pentas di Negeri Kanjeng Prebu. Ada arwah gaib yang ikut merasuki tubuh para penari. Ini apa tidak merusak nilai kesufian tari Jaipong?” tanya Dodo penasaran.

“Bukan hanya tari Jaipong, dalam tarian Sufi pun seseorang akan mengalami dimensi trance (pengalaman puncak) yang menyebabkan penarinya ekstase dan seperti kesurupan. Itu tetap tidak menghilangkan nilai kebaikan sebuah karya seni,” jawab Mama Rohel.

Pagi pun beranjak siang.

Tak terasa ngawangkong pagi segera bergulir dan khidmatnya doa menjadi penutupnya.

Tapi Mama Rohel menitipkan pesan, “Jika ada nilai kebaikan kemudian ada hal buruk yang menyertainya, maka lakukan ijtihad agar yang buruk itu menjadi amal kebaikan. Jangan hanya menilai buruk, tapi tidak memberi solusi apa pun.”

#BangSufi
banner 336x280