“Tanda-tanda kewalian seseorang hanya dapat terasa oleh mereka yang telah mencapai ma’rifat dan mukasyafah. Namun, secara fisik yang terlihat, seseorang yang memiliki tanda-tanda kewalian akan berkata dan bersikap berbeda dengan orang lain. Tatapannya mendalam, sehingga ia bisa Surti Samemeh Ngarti,” tambah Mama Rohel.
Samsul terlihat berpikir, mencerna kata-kata Mama Rohel.
“Bah, apakah dalam kasus Gus Mif ada unsur tanda-tanda kewalian?” sela Samsul.
“Boleh jadi si tukang es teh itu kekasih Allah yang mendapat pengawalan malaikat sehingga dia bisa Surti. Suara hatinya tembus ke hati Gus Mif, namun Gus Mif terlambat Ngarti. Artinya, tukang es teh dan Gus Mif sedang menjadi perantara untuk menyalurkan cinta-Nya, Sang Gusti Nu Maha Suci,” ujar Mama Rohel.
Secara kasat mata, seolah ada kehinaan.
Lidah Gus Mif menjadi perantara untuk menaikkan derajat kekasih Allah yang menjelma menjadi tukang es teh.

“Kepleset lidah, tapi menjadi berkah bagi tukang es teh. Andaikan si tukang es teh tidak memiliki imunitas kewalian, dia sudah stres mendapat malu di depan orang banyak. Keikhlasan dan ketulusan hati si tukang es teh itulah yang menjadi perantara rahmat Allah turun,” ujar Mama Rohel.
Sambil menyeruput kopi, Mama Rohel menutup kajiannya.
“Anak-anakku, intinya kita harus Surti kepada seseorang sebelum dia mengatakan apa pun atau memperlihatkan keistimewaannya. Jangan iri pada kebaikan dan ibadah orang lain, juga jangan kesal pada keburukan orang lain. Bebaskan diri kita dari perasaan itu. Begitu pesan Abah,” pungkas Mama Rohel.