“Lalu, bagaimana nasib perempuan hebat itu, Bah? Apakah ia menjadi sebagai pahlawan karena mampu melawan musuh?” tanya Samsul.
Mama Rohel menjawab, “Tragis. Perempuan yang berhasil membela kehormatan dirinya itu justru dibunuh ramai-ramai oleh semua perempuan kampung yang telah diperkosa musuh. Pahlawan ini mereka anggap mempermalukan para perempuan sekampung. Mereka takut para suami yang sedang di medan perang akan mengetahui bahwa istri-istri mereka diperkosa namun hanya pasrah.”
“Kenapa malah orang kampung bunuh dia, Bah?” timpal Samsul.
“Beberapa perempuan melakukan pembunuhan itu untuk menutupi aib. Mereka tidak ingin suami-suami mereka mendengar bahwa ada seorang perempuan pahlawan yang mampu membela kehormatannya,” jawab Mama Rohel.
Pembunuhan Kebenaran
Hari ini, kata Mama Rohel, kisah tentang pembunuhan kebenaran masih sering terjadi.
Banyak kaum perempuan justru membunuh perempuan yang bermahkota emas, perempuan yang memiliki keberanian dan integritas.
Mereka juga lebih senang hidup dalam aib dan kepalsuan.
Suara kebenaran juga sering kali terkalahkan oleh persekongkolan jahat.
“Masih adakah perempuan hebat yang mampu melawan kejahatan? Tanggal 22 Desember bukan sekadar Mother’s Day, tapi itu adalah tonggak sejarah perjuangan perempuan yang melawan penindasan penjajahan Belanda,” pungkas Mama Rohel.