Dalam wawancara singkat, ia menyebutkan bahwa pembenahan drainase cocok untuk menjadi salah satu program prioritas seratus hari kerja pertama.
“Mereka, harus memulai dengan membersihkan saluran air yang tersumbat dan meningkatkan koordinasi lintas instansi untuk penanganan banjir,” kata Deni.
Deni menambahkan, bahwa partisipasi warga sangat perlu dalam menangani permasalahan ini.
“Ini bukan hanya tugas pemerintah. Kami mengajak masyarakat untuk bersama-sama menjaga lingkungan dan mendukung program pemerintah,” ujarnya.
Dampak Sosial-Ekonomi Banjir Kota Tasikmalaya
Banjir yang terjadi tidak hanya berdampak pada infrastruktur, tetapi juga ekonomi lokal.
Banyak warga jugkehilangan penghasilan harian karena aktivitas mereka terganggu.
“Hujan deras dan banjir membuat kendaraan mogok, akses terputus, dan perdagangan terganggu. Ini sangat memukul masyarakat kecil,” ujar Doni, warga Mangkubumi.
Deni Wiranda kembali menekankan pentingnya solusi menyeluruh.
“Jargon Kota Resik harus terwujud melalui aksi nyata, bukan hanya slogan. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta adalah kunci untuk mengatasi persoalan ini,” katanya.
Harapan untuk Masa Depan
Sebagai pemimpin baru, Viman dan Dicky juga memiliki peluang besar untuk membuktikan bahwa mereka adalah solusi atas permasalahan kronis kota ini.
Langkah nyata, seperti revitalisasi sistem drainase, pengelolaan sampah yang lebih baik, dan edukasi masyarakat, harus segera terlaksana.
Warga menaruh harapan besar agar Kota Resik benar-benar menjadi kota yang bebas banjir dan nyaman untuk dihuni.
Deni Wiranda mengakhiri dengan optimisme, “Jika Viman dan Dicky benar-benar fokus pada solusi ini, saya yakin Tasikmalaya bisa menjadi contoh kota yang berhasil mengatasi banjir secara berkelanjutan.”