Ketua Harian Permatalingga, Mumu, menyebut aksi ini sebagai langkah darurat sekaligus investasi jangka panjang.
“Kami ingin bukan hanya memperbaiki, tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan agar saluran tetap kokoh,” jelasnya.
Seruan Normalisasi Jangka Panjang
Namun, gotong royong tidak cukup.
Ketua Harian GP3A Galuh Sauyunan, Akhmad Hanif, menilai pemerintah harus memberi perhatian lebih pada normalisasi jaringan irigasi.
“Optimalisasi saluran dari hulu hingga hilir di Karangkamulian sangat penting. Kalau tidak ada pemeliharaan rutin, masalah ini akan terulang,” katanya.
Kepala UPTD PUPRP Kecamatan Ciamis, Andar Iskandar, mengakui perlunya koordinasi berkelanjutan.
“Kami berterima kasih pada masyarakat yang turun langsung. Ke depan, kami akan fokus pada pemeliharaan dan penanggulangan di sepanjang DI Cipalih-Nagawiru,” ujarnya.
Ancaman Krisis Air Mengintai
Kasus Bendung Nagawiru menjadi alarm keras bagi tata kelola irigasi di daerah.
Tanpa pemeliharaan rutin, robohnya satu bendung bisa menimbulkan efek domino: sawah kering, panen terancam gagal, hingga ketahanan pangan lokal terguncang.
Gotong royong warga kali ini memang menyelamatkan keadaan, tetapi tanpa kebijakan jangka panjang, ancaman serupa bisa datang kapan saja.

Bagi petani Ciamis, menjaga saluran air berarti menjaga masa depan pangan.