“Mereka adik kami, karena sebagian besar pengurus Karang Taruna merupakan lulusan Unigal. Piraku ka adi nepika nyandera, kami punya etika masa malah kena fitnah” geram Okta.
Menurutnya, etika adalah hal penting yang harusnya mahasiswa junjung tinggi.
“Bukankah tujuan KKN adalah melebur dengan masyarakat? Seharusnya mereka mengedepankan etika serta adab, bukan malah mengesampingkan masyarakat,” sesalnya.
Ia juga menyoroti potensi olahraga di Desa Karyamulya yang seharusnya bisa menjadi manfaat dalam kegiatan KKN.
Desa ini memiliki dua atlet voli berbakat, Fikri Hanif dan Keken Kelana, yang bahkan menyumbangkan emas di Porprov Subang.
“Karyamulya punya dua atlet voli penyumbang emas di Porprov Subang. Fikri, bahkan menjadi Kabid Olahraga di Karang Taruna, kenapa tak libatkan mereka?” ujar Okta.
Hingga berita ini tayang, belum ada tanggapan resmi dari Kepala Desa maupun pihak Universitas Galuh.
Kejadian ini, menunjukkan pentingnya koordinasi dan komunikasi yang baik dalam kegiatan KKN.
Hal ini untuk memastikan program tersebut berjalan sesuai tujuan, yaitu memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat.
Kesimpulan
Kontroversi KKN Unigal di Desa Karyamulya menggarisbawahi pentingnya etika dan koordinasi dalam pelaksanaan program pengabdian masyarakat.
Tanpa hal ini, tujuan mulia KKN dapat terganggu dan malah menimbulkan gesekan di masyarakat setempat.
