DiksiNasi, Ciamis – MTsN 13 Ciamis menegaskan posisinya sebagai madrasah yang tidak sekadar mendidik dengan buku dan kurikulum, tetapi juga dengan keteladanan, kesadaran lingkungan, serta adaptasi terhadap zaman.
Menyandang status Madrasah Adiwiyata Mandiri 2024, lembaga pendidikan ini menapaki tahun ajaran baru 2025/2026 dengan wajah baru: religius, hijau, dan digital.
“Ini bukan hanya soal penghargaan. Ini tentang budaya kami: membiasakan siswa hidup bersih, menghargai waktu, dan peduli sekitar,” ujar Kepala MTsN 13 Ciamis, Elis Darliah, M.Pd.I., Selasa, (15/7/2025).
Kegiatan hari pertama dibuka dengan MATSAMA (Masa Ta’aruf Siswa Madrasah) tahapan penting yang bukan hanya ajang perkenalan, tapi pengenalan nilai hidup.
Pelepasan balon, menjadi simbol harapan siswa baru, kegiatan ini berlangsung di tengah suasana asri madrasah di Desa Sirnabaya, Kecamatan Rajadesa, Kabupaten Ciamis.
Humanisasi Pendidikan Lewat Tradisi
MTsN 13 tidak meninggalkan akar.
Sejak hari pertama, siswa sudah terbiasa membaca Asmaul Husna dan shalat Dhuha berjamaah.
Bagi madrasah ini, ibadah adalah fondasi pendidikan.
Elis menekankan bahwa akhlak tidak bisa diajarkan lewat teori semata.
“Kami ingin karakter baik itu tumbuh melalui kebiasaan. Ibadah harian, sikap sopan, itu harus dilatih, bukan sekadar diceramahkan,” katanya.
Pendekatan ini langsung siswa rasakan.
Hamzah, siswa kelas 8, menyebut suasana sekolah tahun ini lebih kondusif.
“Sekarang lebih rapi dan menyenangkan. Guru-gurunya juga enak ngajarnya,” ucapnya.
Sementara Dalfa, siswa baru, merasa cepat beradaptasi.
“Sekolahnya adem dan ramah. Kegiatan hari pertama bikin saya langsung betah,” katanya.
Inovasi Digital Bukan Ancaman
Madrasah ini juga tidak alergi pada teknologi.
Dengan menerapkan Kurikulum Merdeka, MTsN 13 menggabungkan pembelajaran kolaboratif dan digital interaktif.
Perangkat multimedia digunakan untuk memperkaya pengalaman belajar.
Tak sekadar hafalan, tapi membentuk nalar.
“Kami tidak ingin siswa hanya pintar secara akademik. Mereka harus mampu berpikir kritis dan adaptif terhadap perubahan zaman,” terang Elis.
Model pembelajaran deep learning kini jadi pendekatan utama, tanpa meninggalkan nilai religius yang tetap terjaga.
Dari layar proyektor hingga lantunan doa pagi, semua berpadu dalam satu semangat: madrasah yang hidup dan menyentuh.