Warganet Dunia Gempar Mengecam Pembakaran Al – Quran di Swedia, Masyarakat Muslim Mengutuk

DIKSI NEWS12 Dilihat
banner 468x60

Turki, yang juga marah dengan protes pembakaran Al-Qur’an pada awal tahun ini, mengatakan bahwa “tidak bisa diterima” untuk membiarkan tindakan “anti-Islam” semacam itu terjadi “dengan dalih kebebasan berekspresi”.

Presiden Recep Tayyip Erdogan berkata, “Kami pada akhirnya akan mengajari orang Barat yang arogan bahwa menghina Muslim bukanlah kebebasan berpikir”.

banner 336x280

Negara-negara Timur Tengah, termasuk Irak, Iran, Arab Saudi, dan Mesir, mengutuk pembakaran tersebut dengan tegas. Maroko dan Yordania telah menarik duta besar mereka dari Stockholm.

Irak menyatakan bahwa insiden tersebut adalah “cerminan semangat agresif yang penuh kebencian yang tidak ada hubungannya dengan kebebasan berekspresi”.

Iran mengkritik Irak dan menyebut tindakan pembakaran Al-Qur’an tersebut “provokatif” dan “tidak dapat diterima”. Sementara itu, Mesir menggambarkannya sebagai tindakan “memalukan” yang sangat provokatif saat umat Islam merayakan Idul Adha.

Arab Saudi, negara yang menjadi tuan rumah bagi sekitar 1,8 juta jamaah haji tahun ini, mengatakan bahwa “tindakan kebencian dan berulang ini tidak bisa diterima dengan alasan apapun”.

Perdana Menteri Swedia, Ulf Kristersson, mengatakan bahwa pembakaran Al-Qur’an tersebut “legal tapi tidak pantas”.

Aksi pembakaran Al-Qur’an ini telah memicu kerusuhan di Swedia dalam beberapa bulan terakhir.

Polisi telah menolak permohonan aksi protes serupa baru-baru ini, tetapi pengadilan kemudian memutuskan bahwa permohonan tersebut harus diizinkan berdasarkan kebebasan berekspresi.

Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Profesor Komaruddin Hidayat, juga memberikan tanggapan terhadap aksi pembakaran Al-Qur’an yang terjadi di Swedia.

“Al-Qur’an tidak akan hilang dan tetap hidup dalam perjalanan sejarah manusia,” katanya.  Jumat (30/06).

Ketika ditanya apakah aksi pembakaran Al-Qur’an ini dapat memperkuat konservatisme di Indonesia, ia menjawab:

“Setiap bangsa dan masyarakat memiliki karakter dan konteks sosial keagamaan yang khas dan berbeda.

Kerukunan hidup beragama di Indonesia telah menjadi inspirasi bagi dunia. Tidak perlu mengikuti tindakan masyarakat luar dengan konteks sosial-ideologis yang berbeda.”

Sebagai seorang Muslim yang memberikan inspirasi, menurut Profesor Komaruddin, insiden ini sebaiknya “tidak direspons dengan kemarahan”.

“Mereka tidak mengetahui isi dari Al-Qur’an. Jawablah dengan prestasi keilmuan dan peradaban. Atau seperti yang ditunjukkan oleh Putri Ariani,” katanya, merujuk pada penyanyi Indonesia yang baru-baru ini menjadi perbincangan di kalangan warganet karena mendapatkan golden buzzer dalam acara America’s Got Talent musim ke-18.”

 

banner 336x280