Spiritualitas Islam Sunda: Mencari Kembali Makna di Tengah Formalitas Beragama

banner 468x60

DiksiNasi, Ciamis  — Di tengah rutinitas ibadah yang kian menjadi formalitas, sebagian umat Islam mulai mencari kembali makna sejati ajaran agamanya.

Fenomena ini terlihat dalam sebuah diskusi terbuka bertema Teologi Fundamentalis Islam Menuju Kampung Barokah, yang digelar di Karang Gedang, Ciamis. Sabtu, (14/06/2025).

Diskusi yang dipimpin oleh Mama Rohel dan Sinuhun itu mengajak masyarakat untuk merefleksikan ulang hubungan antara ajaran agama yang dipraktikkan sehari-hari dengan makna spiritual yang terkandung di dalamnya.

“Sering kali kita lebih sibuk memperdebatkan cabang, lupa menggali akar,” ujar Mama Rohel dalam forum tersebut. Ia menyoroti kecenderungan umat Islam yang terlalu terpaku pada tata cara, namun abai pada substansi.

Menurut Mama Rohel, banyak ritual keagamaan yang kini diyakini sebagai ajaran inti Islam ternyata merupakan hasil rumusan para ulama jauh setelah wafatnya Rasulullah. “Rukun Islam itu baru diformalkan sekitar 200 tahun setelah Nabi wafat. Sebelumnya, Islam murni bertumpu pada tauhid dan akhlak,” jelasnya.

Antara Ritual dan Spiritualitas

Keresahan serupa juga disampaikan Sinuhun. Ia memandang bahwa geliat keagamaan yang kini tumbuh di masyarakat sering kali lebih beraroma simbolik ketimbang substansial. “Yang bangkit sekarang bukan agama, tapi spiritualitasnya,” ujarnya.

Fenomena itu, kata Sinuhun, tak lepas dari keinginan sebagian masyarakat untuk menemukan kembali makna kehadiran Tuhan dalam hidup sehari-hari, bukan sekadar menjalankan ibadah secara mekanis. Dalam konteks ini, spiritualitas Islam Sunda menunjukkan karakter yang khas: lembut, membumi, dan lebih memilih jalan musyawarah daripada kekerasan.

Tradisi Sunda yang Ramah dan Damai

banner 336x280