DiksiNasi, Ciamis – Diabetes melitus tipe 2 adalah salah satu penyakit metabolik yang dapat dikelola melalui pola makan.
Dua metode populer yang sering dipertimbangkan adalah intermittent fasting (puasa berselang) dan diet ketosis.
Namun, bagaimana masing-masing metode ini bekerja dan mana yang lebih cocok untuk Anda?
Memahami Intermittent Fasting dan Diet Ketosis
- Intermittent Fasting (IF): Metode ini melibatkan pembatasan waktu makan dalam sehari, seperti pola 16:8 (puasa selama 16 jam dan makan dalam jangka waktu 8 jam).
Tujuannya adalah untuk mengurangi asupan kalori harian dan memberi tubuh waktu untuk memperbaiki metabolisme. - Diet Ketosis: Diet ini berfokus pada konsumsi makanan tinggi lemak, protein sedang, dan sangat rendah karbohidrat.
Dengan cara ini, tubuh masuk ke kondisi ketosis, di mana lemak menjadi sumber energi utama, bukan gula.
Bagaimana Proses Kedua Metode Ini?
- Intermittent Fasting: Saat Anda berpuasa, kadar juga insulin menurun, sehingga tubuh lebih mudah membakar lemak dan mengontrol kadar gula darah. Metode ini juga dapat meningkatkan sensitivitas insulin.
- Diet Ketosis: Dengan membatasi karbohidrat, tubuh akan menggunakan lemak sebagai bahan bakar. Kondisi ini juga dapat membantu menstabilkan kadar gula darah dan mencegah lonjakan gula setelah makan.
Kelebihan dan Kekurangan
Intermittent Fasting
- Kelebihan:
- Mudah terlaksana tanpa harus menghitung kalori.
- Membantu menurunkan berat badan, yang sangat penting bagi penderita diabetes.
- Meningkatkan sensitivitas insulin.
- Kekurangan:
- Tidak cocok untuk penderita diabetes yang membutuhkan makan teratur (seperti mereka yang menggunakan insulin).
- Risiko hipoglikemia jika waktu makan tidak mendapat pengaturan yang baik.
Diet Ketosis
- Kelebihan:
- Menstabilkan kadar gula darah secara signifikan.
- Membantu menurunkan berat badan secara efektif.
- Mengurangi kebutuhan akan obat diabetes.
- Kekurangan:
- Membatasi konsumsi karbohidrat dapat sulit terjadi dalam jangka panjang.
- Risiko ketoasidosis jika terjadi tanpa pengawasan.
- Bisa menyebabkan efek samping seperti sakit kepala dan sembelit pada tahap awal.