3. Integrasi kurikulum kesehatan mental di sekolah.
Kemendikbudristek menerapkan Program Sekolah Sehat di Yogyakarta dan berhasil menurunkan keluhan psikologis siswa hingga 24%.
4. Memperluas akses konselor sekolah.
Pemprov Jawa Barat bekerja sama dengan Apsifor untuk menyediakan konselor keliling di 200 sekolah terpencil dan telah melayani lebih dari 8.000 sesi konseling gratis dalam enam bulan.
5. Mendorong aktivitas fisik dan interaksi sosial.
Komunitas Ruang Teman di Surabaya membuat program “Satu Jam Main Tanpa Gadget” yang berhasil meningkatkan empati dan kebahagiaan pada 67% pesertanya.
Kesimpulan
Melihat tingginya angka gangguan kesehatan mental pada anak Indonesia, kolaborasi lintas sektor menjadi sangat krusial. Melibatkan keluarga, sekolah, hingga dukungan kebijakan dari pemerintah adalah langkah strategis yang dapat memperkuat upaya pencegahan. Dengan pendekatan komprehensif ini, target menekan prevalensi gangguan mental pada anak di tahun 2025 bukanlah hal yang mustahil.
Komentar