Ritual Keagamaan dan Adat
Upacara adat, tari ritual, dan prosesi keagamaan yang melibatkan musik ritmis dan gerakan berulang dapat memicu kondisi trance sebagai bagian dari ekspresi spiritual.Baca JugaSugesti dan Kepercayaan Kolektif
Keyakinan bahwa roh atau makhluk gaib bisa memasuki tubuh seseorang membuat individu lebih rentan mengalami trance, terutama saat berada di lingkungan yang mendukung keyakinan tersebut.Tekanan Sosial dan Peran Komunitas
Dalam budaya tertentu, masyarakat menganggap orang yang mengalami trance memiliki peran khusus, misalnya menjadi perantara pesan spiritual. Tekanan sosial ini dapat memperbesar peluang terjadinya fenomena tersebut.
Faktor Medis dan Psikologis
Ahli psikologi dan psikiatri mengategorikan trance yang mengganggu aktivitas sehari-hari sebagai gangguan disosiatif (Dissociative Disorders). Faktor penyebabnya meliputi:
Stres dan Trauma Psikologis
Konflik batin, pengalaman traumatis, dan tekanan emosional berat dapat memicu mekanisme pertahanan diri berupa disosiasi.Gangguan Kesehatan Mental
DTD dan PTD bisa muncul di luar konteks budaya dan berulang hingga menimbulkan penderitaan psikologis.Faktor Neurologis
Masalah pada sistem saraf, kelelahan ekstrem, atau penyakit seperti epilepsi dapat mengubah kesadaran seseorang sehingga tampak seperti trance.
Fenomena kesurupan di Indonesia menunjukkan dua dimensi yang berbeda: masyarakat menghormatinya sebagai bagian dari warisan budaya, namun para ahli medis dan psikolog melihatnya sebagai indikasi adanya masalah kesehatan mental atau fisik. Perbedaan makna dan penanganannya sangat bergantung pada konteks terjadinya, dampaknya terhadap kehidupan, dan cara masyarakat memandangnya.
“Dalam konteks budaya, kesurupan bisa dianggap wajar. Namun secara medis, jika mengganggu fungsi sehari-hari, hal ini perlu mendapat perhatian profesional,” ujar seorang psikolog klinis.
Baca Juga
Komentar