DiksiNasi, Jakarta – Rumah sakit di Jawa Timur melaporkan lonjakan signifikan pasien THT dalam beberapa bulan terakhir. Fenomena ini diduga kuat terkait dengan maraknya festival sound horeg, pertunjukan musik dengan bass berlebihan dan volume tinggi yang kini digemari masyarakat.
Menurut catatan RSUD Dokter Haryoto Lumajang, jumlah pasien THT terus meningkat sejak awal tahun. “Jumlah pasien THT di bulan Januari 2025 mencapai 328 pasien, Februari 348 pasien, Maret 342 pasien, April 293 pasien, Mei 374 pasien, Juni 387 pasien, dan kenaikan mencapai 408 pasien pada bulan Juli,” ujar dr. Novi Hamzah, Wakil Direktur Pelayanan RSUD Dokter Haryoto, Senin (11/8/2025).
Ia menambahkan, ambang batas normal pendengaran manusia adalah sekitar 60 desibel. “Kalau sampai 120 itu sudah di batas ambang nyeri, banyak pasien tidak kuat,” tegasnya.
Apa Itu Sound Horeg?
Sound horeg merupakan istilah populer yang merujuk pada musik remix dengan bass berlebihan, dimainkan melalui speaker besar di atas truk, kemudian berkeliling dari satu lokasi ke lokasi lain. Konsep ini menjadi daya tarik di sejumlah festival di Jawa Timur karena menghadirkan sensasi meriah dan dentuman yang terasa langsung di tubuh.
Namun, banyak warga menikmati musik dari jarak sangat dekat tanpa menyadari risiko kesehatan yang mengintai.
Risiko Gangguan Pendengaran
Paparan suara keras dalam jangka waktu lama berisiko merusak sel rambut halus di dalam koklea. Sel ini berfungsi mengubah getaran suara menjadi sinyal menuju otak. Kerusakan permanen pada sel tersebut akan menyebabkan gangguan pendengaran.
Selain itu, orang yang terbiasa mendengar musik keras berulang kali juga berisiko mengalami noise-induced hearing loss atau penurunan kemampuan mendengar suara bernada tinggi, seperti percakapan di keramaian atau kicau burung.
Komentar