KOPRI PMII Universitas Galuh Bedah Pendekatan Transformasi Gender: Wujudkan Kesetaraan Lewat Aksi Nyata

KOPRI Galuh Dorong Mahasiswa Tanggalkan Stereotip Gender lewat Pendekatan GTA

banner 468x60

Membongkar Tradisi yang Membungkam

Diskusi ini juga diwarnai kritik tajam terhadap praktik budaya yang justru memperkuat stereotip gender.

Mira Miranti, salah satu peserta, menyayangkan masih adanya lomba Hari Kartini yang membatasi peran perempuan hanya pada ranah domestik.

“Lomba masak atau merias bukanlah representasi perjuangan Kartini. Kita butuh ruang baru yang membebaskan peran perempuan dari stereotip,” ujar Mira.

Aldi Maulana menambahkan bahwa perempuan sendiri harus menyadari pentingnya membangun budaya tanding terhadap patriarki.

“Kesetaraan tidak bisa hanya dikejar lewat seminar. Harus ada tindakan nyata yang lahir dari kesadaran dan perlawanan,” katanya.


Memahami Perbedaan: Feminisme dan GTA

Isu perbedaan feminisme dan pendekatan transformasi gender turut mencuat dalam diskusi.

Sarah menekankan bahwa keduanya saling mendukung: feminisme membangkitkan kesadaran, sementara GTA menawarkan strategi implementatif untuk menciptakan sistem baru yang adil.

“Feminisme adalah ruh perlawanan. GTA adalah tubuhnya. Keduanya berjalan beriringan,” tuturnya.


Membangun Gerakan Kesadaran di Ruang Akademik

Forum yang berlangsung selama dua jam ini menjadi cerminan bahwa ruang akademik tidak boleh steril dari perbincangan tentang ketimpangan sosial.

Sebaliknya, kampus harus menjadi ladang tumbuhnya kesadaran gender yang kritis dan solutif.

Melalui diskusi seperti ini, KOPRI PMII Universitas Galuh menunjukkan bahwa mahasiswa tak hanya menjadi saksi ketidakadilan, tapi juga pelaku perubahan menuju tatanan sosial yang setara dan inklusif.

banner 336x280

Komentar