Protes ini memperlihatkan betapa pentingnya intervensi pemerintah dalam pembiayaan pendidikan tinggi.
Sementara itu, riset terbaru dari Populix mengungkap bahwa 45% mahasiswa di Indonesia nekat memalsukan data skripsi demi lulus.
Co-Founder dan CTO Populix, Jonathan Benhi, mengatakan, “Kendala dalam pengumpulan data skripsi menjadi hambatan besar, menyebabkan banyak mahasiswa terlibat dalam kecurangan.”
Survei yang berlangsung pada akhir 2023 menunjukkan bahwa 26% mahasiswa kesulitan mengumpulkan data, 22% kurang pendampingan dari dosen, dan 17% kesulitan menganalisa data.
“Bab 3: Metode Penelitian dan Bab 4: Hasil Penelitian menjadi bagian tersulit karena memerlukan pengumpulan data ekstensif dan analisa mendalam,” tambah Jonathan. Minggu, (31/12/2023).
Dalam menghadapi sidang skripsi, ketakutan terbesar mahasiswa adalah tidak dapat menjawab pertanyaan dosen penguji (42%) dan data yang tidak valid (11%).
“Kendala ini mendorong mahasiswa melakukan kecurangan seperti memanipulasi data dan menggunakan jasa joki skripsi,” papar Jonathan.
Fenomena ini menunjukkan urgensi reformasi dalam sistem pendidikan tinggi di Indonesia, baik dari sisi pembiayaan maupun kualitas pendidikan.
Pemerintah dan lembaga pendidikan perlu bekerja sama untuk memastikan akses yang lebih luas dan pendidikan yang lebih berkualitas bagi semua lapisan masyarakat.