Regulasi Lemah, Konsumen Jadi Korban Persaingan Tak Sehat di Industri Internet

Tanpa Negara, Konsumen ISP Jadi Korban Kapitalisme Digital

banner 468x60

DiksiNasi, Ciamis – Era digital memperlihatkan paradoks yang tak bisa diabaikan.

Di satu sisi, internet disebut sebagai kebutuhan dasar, setara dengan sembako.

Namun di sisi lain, penyedia layanan internet (ISP) justru menjadikannya komoditas tanpa kendali, meninggalkan konsumen dalam posisi lemah tanpa perlindungan yang jelas.

Ketimpangan Layanan dan Kepentingan Bisnis

Ketiadaan intervensi negara dalam mengatur praktik bisnis ISP membuat warga sipil seperti Harry Susanto hanya bisa mengeluh di media sosial, setelah mengalami pengalaman tidak menyenangkan sebagai pelanggan layanan internet sejak 2019.

“Saya pelanggan setia selama 5 tahun tanpa ada masalah dengan pembayaran, tapi malah serasa tidak penting,” tulisnya dalam surat terbuka berjudul “Skema Kontrak yang Tidak Jelas Provider Jaringan MyRepublic.” Senin, (07/07/2025).

Skema Komersial Tanpa Transparansi

Mengutip Mediakonsumen.com, Harry menceritakan bagaimana ia mengikuti penawaran upgrade kecepatan dari 100 Mbps menjadi 250 Mbps dengan biaya naik dari Rp250.000 ke Rp451.000.

Namun, pada 2024, ia kembali ditawari peningkatan kecepatan hingga 500 Mbps, lengkap dengan beban tambahan biaya perangkat sebesar Rp45.000.

Sayangnya, perangkat ONT yang dijanjikan tak kunjung datang.

banner 336x280

Komentar