“Ketika wisata seni di Panyingkiran atau kopi Kalijaya menjadi perhatian nasional, penamaan resmi akan memastikan produk dan lokasi tersebut tidak keliru dengan daerah lain,” ujar Andang Firman.
Selain itu, penamaan ini mendukung aktivitas sosial dan ekonomi daerah.
“Identitas yang terdefinisi membantu mempublikasikan potensi lokal di dunia maya, membuka peluang investasi, dan meningkatkan kunjungan wisatawan,” tambahnya.
Sistem Digitalisasi dan Tantangan Data
Sistem Informasi Penamaan Rupa Bumi (SINAR) menjadi alat utama dalam memvalidasi data dan menjamin legalitas nama rupa bumi.
Meski demikian, tantangan besar masih dihadapi, terutama dalam hal keterlibatan aktif dari masyarakat desa yang menjadi sumber data utama.
“Penyelesaian ini membutuhkan kerja sama menyeluruh dari pemerintah hingga masyarakat desa. Mereka adalah individu yang paling mengenal daerah masing-masing,” kata Hari Nur Alamsyah.
Ciamis Menuju Publikasi Global
Pendataan nama rupa bumi diharapkan mampu membawa Kabupaten Ciamis lebih dikenal di tingkat global.
“Ketika objek geografis terdefinisi dengan baik, Ciamis akan lebih mudah terekspos di dunia internasional. Ini peluang besar untuk mendorong ekonomi lokal,” ujar Andang Firman.
Dengan target pendataan selesai dalam dua minggu, pemerintah optimistis langkah ini akan menjadi pijakan awal dalam mempromosikan Ciamis secara global.
“Hindari publisitas negatif dan fokus pada hal positif, sehingga Tatar Galuh dapat kakoncara ka jomantara,” pungkas Andang.
Refleksi Identitas dan Masa Depan Kabupaten Ciamis
Pendataan rupa bumi bukan sekadar administrasi, melainkan upaya untuk menciptakan refleksi identitas daerah yang lebih kuat.
Pemerintah Kabupaten Ciamis berharap bahwa keberhasilan program ini dapat menjadi fondasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus memperluas pengakuan wilayah Tatar Galuh di tingkat nasional maupun internasional.
