Ada beberapa metode yang digunakan untuk menentukan awal Ramadan atau 1 Syawal berdasarkan pengamatan hilal, yaitu:
Rukyatul Hilal
Metode ini adalah cara tradisional untuk menentukan awal Ramadan atau 1 Syawal berdasarkan pengamatan langsung hilal dengan mata telanjang atau alat bantu seperti teleskop atau teropong pada malam tertentu. Para ahli astronomi serta ulama melakukan pengamatan ini di berbagai titik yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.Hisab
Metode hisab adalah cara matematis untuk menentukan awal Ramadan atau 1 Syawal berdasarkan perhitungan astronomi dan matematis. Metode ini menghitung gerak bulan dan bumi serta posisi matahari dan bulan. Hasil perhitungan kemudian dibandingkan dengan perhitungan tahun-tahun sebelumnya.Imkanur Rukyah
Metode ini adalah metode penentuan awal Ramadan atau 1 Syawal berdasarkan perhitungan astronomi dan kepastian rukyatul hilal. Metode ini digunakan ketika rukyatul hilal sulit dilakukan karena kondisi cuaca yang tidak mendukung atau hilal baru tidak dapat terlihat.Hisab Rukyat
Metode ini merupakan kombinasi dari metode hisab dan rukyatul hilal. Dalam metode ini, perhitungan hisab dan pengamatan hilal dilakukan bersamaan. Jika hasil perhitungan hisab dan pengamatan hilal sama, maka hari itu adalah awal Ramadan atau 1 Syawal.
Sidang Isbat di Indonesia biasanya diadakan pada malam tanggal 29 Sya’ban. Para ulama, astronom, dan perwakilan dari berbagai organisasi Islam akan berkumpul dan mengumpulkan laporan pengamatan hilal dari berbagai titik pos pengamatan yang tersebar di seluruh Indonesia. Setelah mempertimbangkan berbagai aspek, termasuk hasil pengamatan hilal dan metode yang digunakan, sidang isbat kemudian menentukan awal Ramadan atau 1 Syawal.
Penentuan awal Ramadan dan 1 Syawal melalui Sidang Isbat dan pengamatan hilal menjadi penting karena menentukan awal ibadah puasa Ramadan dan perayaan Idul Fitri (Hari Raya) sebagai momen yang sangat dirayakan oleh umat Muslim di seluruh dunia.