Part 92: Sugih Beli Rerawat, Mlarat Ora Gegulat

Dalam pandangan Sufi, menurut Mama Rohel, setiap keburukan yang hadir adalah tanda bahwa orang-orang baik sedang dicabut kemuliaannya.

Dalam pandangan Sufi, menurut Beliau, setiap keburukan yang hadir adalah tanda bahwa orang-orang baik sedang dicabut kemuliaannya.

“Mereka yang berada dalam kebaikan tetapi selalu memandang rendah dan menghinakan martabat manusia, maka Tuhan akan hadirkan orang-orang jahat untuk merendahkan martabat mereka,” ujar Mama Rohel.

Sinyal Buruk dari Tuhan

Mama Rohel menyeruput kopi lagi sambil menikmati goreng pisang, lalu melanjutkan dawuhnya.

“Tuhan mengirimkan sinyal buruk kepada orang baik jika kebaikan mereka tidak menembus jantung hati manusia. Kebaikan yang tidak tulus hanya akan melahirkan hantu keburukan,” tambah Mama Rohel.

Beliau kemudian mengutip ipat-ipat Sunan Gunung Djati:

“Sugih beli rerawat,” menjadi kaya bukan untuk kepentingan pribadi, tetapi untuk menjadi jalan kebaikan bagi umat atau sesama.

“Mlarat ora gegulat,” menjadi miskin tidak membebankan kesulitan kepada orang lain, tetapi menerima dan mensyukuri apa yang dia miliki.

Inti dawuh Sunan Gunung Djati adalah bahwa “Sugih beli rerawat, mlarat ora gegulat” mengajarkan manusia untuk menikmati dan mensyukuri seluruh nikmat yang telah, sedang, dan akan dia terima.

“Nah, itu, Sul. Sepertinya dawuh Kanjeng Sunan Gunung Djati sedang berlangsung. Yang kaya dan berkuasa bersikap jumawa, sedangkan yang miskin membebankan kesusahannya kepada orang lain. Kepala sekolah mungkin tidak peduli pada kesusahan Mang Adang, yang kemuliaannya telah tuhan cabut hingga ia lebih rendah daripada kucing Angora,” pungkas Mama Rohel.

Tabik pun.