Part 92: Sugih Beli Rerawat, Mlarat Ora Gegulat

Dalam pandangan Sufi, menurut Mama Rohel, setiap keburukan yang hadir adalah tanda bahwa orang-orang baik sedang dicabut kemuliaannya.

DiksiNasi, Cikarohel – Pagi-pagi, Mama Rohel membuka media sosial.

Tak sengaja, ia melihat video Mang Adang, seorang wartawan, sedang mengintimidasi seorang kepala sekolah.

Tak kalah mengejutkan, Mang Adang mengaku dekat dengan Bupati Ciamis.

Para santri yang mendampingi Mama Rohel pun ikut mengelus dada.

Komentar Mama Rohel

Samsul dan Dodo menyuarakan komentar bernada sinis.

“Bah, siapa yang salah ketika ada kejadian seperti Mang Adang? Logika apa pun pasti akan menyalahkan Mang Adang, kan, Bah?” tanya Samsul, mencoba menelisik misteri di balik peristiwa tersebut.

Sambil menyeruput kopi, Mama Rohel mulai membuka obrolan.

“Kadang kita tidak adil menilai orang, Sul. Sejelek-jeleknya Mang Adang, dia tetap manusia yang dimuliakan Sang Pencipta, meskipun prilakunya kurang terpuji. Pun kepala sekolah itu, seburuk apa pun, dia adalah manusia yang punya martabat dan kepekaan sosial. Tapi karena komunikasi dan etika yang salah, kehadiran Mang Adang menjadi tidak maslahat,” ujar Mama Rohel.

Samsul mengangguk, mencoba memahami perkataan Mama Rohel.

“Bayangkan, Sul. Hanya demi selembar uang rupiah, Mang Adang harus membuka ‘aurat’ profesinya. Dia hinakan dirinya sendiri. Lalu, apakah kepala sekolah menjadi soleh setelah memberi uang?” tambah Mama Rohel.