Part 70: Kebohongan Perang Bubat, Mitos atau Fakta?

Sudah sejak lama perdebatan Perang Bubat itu turun temurun melahirkan ajaran bahwa keturunan Galuh dilarang menikah dengan keturunan Majapahit.

banner 468x60

DiksiNasi, Cikarohel – Pagi nan cerah. Hujan tak lagi menyapa Kampung Cikarohel.

Jadwal pengajian tasawuf hari ini dirubah menjadi diskusi sejarah.

Mama Rohel kedatangan para tamu dari keturunan Majapahit dan Galuh.

Dari Majapahit diwakili Ra Tanca dan dari Galuh diwakili Raden Purwa.

Kedua tamu ini ingin klarifikasi sejarah yang tak kunjung selesai klimaksnya.

“Mama, berdasarkan naskah kuno dan manuskrip kakek moyang kami, Perang Bubat itu kisah bohong. Dalam bahasa Sunda, Bobat itu fiksi. Itu kisah pada tahun 1700 M, digubah kembali oleh penjajah Inggris, Stamford Raffles,” ujar Rade Purwa.

Sementara Ra Tanca mengatakan, “Perang Bubat itu fakta. Patih Gajah Mada yang ambisius yakin menghabisi rombongan kerajaan Galuh yang datang bersama Putri Kerajaan Galuh, Dyah Pitaloka Sitaresmi,” ujar Ra Tanca.

Mama Rohel menghela nafas.

Sudah sejak lama perdebatan Perang Bubat itu turun temurun melahirkan ajaran bahwa keturunan Galuh dilarang menikah dengan keturunan Majapahit.

“Menurut pakem Kerajaan Galuh Sunda, tidak ada seorang Putri Kerajaan mendatangi calon mempelai lelaki. Derajat putri kerajaan itu lebih tinggi dari lelaki. Siapapun yang bermaksud menikahi putri kerajaan, dia harus datang ke pihak perempuan. Bahkan kadang-kadang harus memenangkan pertempuran sebelum meminang putri kerajaan. Jadi tidak mungkin Prabu Linggabuana menyerahkan Putri Dyah Pitaloka untuk Prabu Hayam Wuruk, ” ujar Mama Rohel.

Mama Rohel menambahkan, kala itu menurut kisah Prabu Galuh membawa 300 pasukan melawan pasukan Gajah Mada dan sang Prabu terbunuh.

Kemudian Dyah Pitaloka bunuh diri demi kehormatan.

“Ini menyalahi logika. Kejadian yang tergambar pada tahun 1111M ini yakin bohong. Kerajaan Majapahit tidak berani macam-macam karena kekuatan militer Kerajaan Galuh melebihi Majapahit,”

Salah satu wilayah yang tersebut dalam Sumpah Palapa adalah Sunda Galuh .

Namun, berbeda dengan wilayah lain seperti Bali atau Lombok, Majapahit tidak pernah melancarkan serangan militer terhadap Kerajaan Sunda.

Mengapa demikian?

Menurut sejarawan Agus Aris Munandar, Kerajaan Sunda memiliki posisi istimewa.

banner 336x280