Part 63: Salah Masuk Surga, Nasib yang Tertukar

Sang Malaikat, mengajak Mama Rohel melihat gambaran surga dan neraka.

Malaikat yang sedari tadi menyaksikan kebingungan Mama Rohel akhirnya menjelaskan.

Mama Rohel menatap sang Malaikat berjubah dengan rasa takut dan gentar.

“Mama, sekarang suara mengaji Al Qur’an sudah tidak ads suara asli manusia. Padahal yang seharusnya mendapatkan pahala membaca Al Qur’an itu manusia bukan kaset, flashdisk atau rekaman digital yang selalu terdengar setiap mau azan sholat lima waktu. Allah tidak memberikan pahala kepada benda mati. Para marbot dan pengurus DKM sedang menipu Allah, ” ujar Malaikat berjubah.

Sang Malaikat melanjutkan penjelasannya.

“Yang gila lagi, para pengurus DKM menyuruh orang lain di luar masjid agar menghormati suara kaset. Benda mati yang menyuarakan bacaan Al Qur’an yang sakral harus dihormati dengan tidak melakukan kegiatan lain. Padahal yang harus mendapatkan hormat adalah bacaan Al Qur’an yang disuarakan manusia yakni suara marbot masjid,”

Mama Rohel terbayang wajah Ajengan Oking sahabat waktu mengaji di Syaikh Pamijahan.

Ajengan Oking memang bacaan Qur’annya tidak sebagus bacan Assudais.

Lidahnya tidak fasih, makanya ia memilih kaset jadul dan memutarnya untuk menandai waktu solat.

Malaikat berjubah kemudian menyimpulkan bahwa nasib yang tertukar itu pasti akan terjadi di masa depan.

Bacaan Al Qur’an hasil rekaman melalui alat digital sama sekali tidak ada nilai pahalanya meskipun ribuan kali memutarnya di speaker masjid.

“Mama, perbanyak anak-anak mengaji Al Qur’an di masjid agar kelak yang menyuarakan ayat Al Qur’an itu asli manusia.

Pahala hanya untuk manusia yang berniat Ibadah bukan untuk penipu Allah lewat rekaman suara,” ujar Malaikat berjubah.

Tak terasa waktu sudah hampir Subuh.

Dialog Mama Rohel dengan Malaikat berjubah berakhir.

Kemudian Malaikat berjubah mendorong badan Mama Rohel dan melayang jatuh di Kampung Cikarohel.**

#Bang Sufi