DiksiNasinews.co.id, Ciamis – Sungai Cileueur, yang dianggap sebagai urat Kabupaten Ciamis, saat ini mengalami masalah serius akibat kemarau yang berkepanjangan. Banyak petani yang mengandalkan aliran sungai ini untuk pengairan pertanian mereka. Kemarau telah mengurangi debit sungai hingga pada titik di mana petani terpaksa berhenti bertani.
Juhro (68), seorang petani dari Desa Sukajadi Kecamatan Sadananya, Kabupaten Ciamis, mengeluhkan dampak kemarau ini. Aliran Sungai Cileueur yang sebelumnya menjadi sumber utama pengairan pertanian kini mengalami penurunan signifikan. Selasa, (26/09/2023).
“Kami sekarang terpaksa berhenti bertani karena airnya semakin berkurang. Jika kami tetap bertani, ini akan sia-sia karena panen kami akan gagal,” keluh Juhro.
Penggunaan air dari Sungai Cileueur oleh PDAM Tirta Galuh juga menjadi salah satu penyebab penurunan debit air. Tiga desa dan dua kelurahan yang bergantung pada sungai ini harus berbagi debit air dengan PDAM. Kini, warga sekitar aliran Cileueur berinisiatif membuat jadwal untuk bergiliran memakai jatah air.
“Sekarang sudah mulai giliran dengan daerah lain, ada beberapa Desa yang mengandalkan pengairan sawahnya dari Cileueur. Sekarang kami terpaksa berhenti bertani, airnya makin kecil, kalau memaksa bertani malah habis tenaga karena akan gagal panen” keluh Juhro.
Menurut Juhro, pembagian jadwal penggunaan sungai ini cukup membantu warga setempat untuk sementara waktu, meskipun belum menjadi solusi permanen. Sebelum adanya jadwal, sering terjadi perselisihan dan pertengkaran antar warga yang berebut air.
“Dulu sering terjadi pertengkaran antar warga yang berebut air, sekarang sudah tidak terlalu karena sudah ada giliran walaupun tak cukup membantu” ujar Juhro.
Sejarah penggunaan air Sungai Cileueur oleh PDAM telah berlangsung lama, dan perjanjian awal dilakukan pada tahun 1980-an.
“Sekitar tahun 80an, seingat saya masih jaman kuwu Mahdi orang PDAM datang kesini. Mereka melakukan perjanjian dengan pihak Desa, dan memberikan kompensasi namun saya tidak tahu persis” papar Juhro.
Namun, petani seperti Juhro mempertanyakan mengapa pengambilan air dari sungai ini belum berhenti, terutama setelah intake dan IPA Gunungcupu yang mengambil air dari Sungai Citanduy resmi beroperasi.
“Setahu saya pengambilan air baku PDAM dari Cileueur seharusnya sudah berhenti karena sudah ada pengambilan dari Citanduy. Namun, mengapa pintu air Ampera masih beroperasi?” tanyanya.
Petani yang mengandalkan Sungai Cileueur untuk pertanian mereka berharap agar masalah ini segera mendapatkan solusi yang memadai.